BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, artinya bahwa
negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dengan pihak luar negeri atau yang
sering disebut dengan perdagangan internasional yang tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan serta memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan selera atau pola
konsumsi antar negara, dan timbulnya perdagangan internasional terutama sekali
karena suatu negara bisa menghasilkan barang tertentu secara lebih efisien
daripada negara lain (Boediono, 1993).
Indonesia sebagai salah satu negara yang
menganut sistem perekonomian terbuka, sangat mengandalkan kegiatan perdagangan
internasional untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu
kegiatan perdagangan internasional juga sangat penting untuk memacu industri
dalam negeri (Dumairy, 1996). Indonesia merupakan negara yang sejak lama telah
melakukan perdagangan internasional. Peningkatan ekspor baik jumlah maupun
jenis barang atau jasa selalu diupayakan atau digalakkan dengan berbagai
strategi diantaranya adalah pengembangan ekspor. Tujuan dari program
pengembangan ekspor ini adalah mendukung upaya peningkatan daya saing global
produk Indonesia serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu pertumbuhan
ekonomi.
Indonesia salah satu negara pemasok
ekspor migas dan nonmigas di pasar dunia. Tidak kurang dari 140 negara yang
menjadi tujuan ekspor Indonesia. Dari data statistik yang dikeluarkan oleh Biro
Pusat Statistik (BPS), hampir 5.000 macam produk dari Indonesia masuk ke pasar
negaranegara tersebut (Kementerian Perdagangan). Dalam transaksi perdagangan
internasional hal yang paling penting adalah sisi impor dan ekspor. Salah
satunya adalah ekspor. Indonesia merupakan daerah subtropis yang potensial
untuk pengembangan komoditas primer perkebunan.
Salah satu komoditas primer perkebunan
utama Indonesia yaitu kopi. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor andalan
pekebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa, kopi merupakan
komoditias global bernilai ekonomi tinggi dan salah satu bahan minuman paling
popular di dunia. Perkembangan volume ekspor komoditas primer perkebunan berupa
kopi pada tahun 2010 sebesar 433.6 ribu ton, sedangkan pada tahun 2013 volume
ekspor kopi meningkat sebesar 534.0 ribu ton.
Menikmati kopi kini tak
lagi sekadar pelepas dahaga atau pemompa semangat di pagi hari. Seiring
berkembangnya kedai kopi bergaya modern, minum kopi pun jadi gaya hidup
tersendiri bagi kalangan tertentu. Namun, perjalanan kopi tak sesingkat yang
dibayangkan. Trish Rothgeb, co-founder dan roastmaster dari Wrecking Ball
Coffee Roaster mengungkapkan, perkembangan aktivitas pengolahan dan konsumsi
kopi selama ini bisa dikelompokkan ke dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama
diawali pada tahun 1800-an. Pada era inilah lahir sebuah inovasi yang dinamakan
kopi instan. Berbagai produsen berlomba menciptakan inovasi untuk memudahkan
konsumen menikmati kopi. Hanya saja, produksi massal dan kepraktisan penyajian
pada gelombang pertama dinilai telah mengorbankan kualitas rasa dari kopi itu
sendiri. Dipicu oleh kekecewaan atas kualitas kopi pada gelombang pertama,
penikmat kopi lalu mulai menaruh perhatian lebih kepada asal-usul kopi yang
mereka minum, serta proses pengolahannya. Ritual minum kopi mendadak bergeser
makna menjadi sebuah pengalaman yang dikaitkan dengan kehidupan sosial.
Keberadaan kafe mulai
menjamuri kota-kota besar, seiring dengan perkembangan franchise kedai kopi
Starbucks. Gelombang kedua ini pula yang bertanggung jawab dalam mengenalkan
minuman kopi berbasis espresso kepada dunia.
Namun, saat kedai kopi modern mulai terjebak untuk terus mengembangkan
pembuatan coffee latte dan macchiato dengan takaran susu dan krim berlebihan,
seketika muncul generasi baru yang ingin menikmati kopi dengan teknik pembuatan
terbaik.
Generasi yang terobsesi
dengan kenikmatan asli secangkir kopi, ketimbang kenyamanan dan keramahtamahan
sebuah kafe. Seperti wine, kopi lalu
mulai dikategorikan sebagai minuman artisan. Para barista dituntut untuk bisa
memberikan pilihan kopi dengan beraneka intensitas tingkat keasaman, dari
masing-masing karakter biji kopi yang berbeda.
Di masa gelombang ketiga atau third wave of coffee inilah
muncul istilah seperti single origin, dan juga manual brewing (racik sendiri).
Moelyono Soesilo, Ketua Departemen
Specialty & Industri Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Eksportir Kopi
Indonesia (AEKI), menerangkan, manual brewing adalah istilah yang belakangan
muncul untuk membedakan hasil seduhan kopi menggunakan mesin dengan seduhan
hasil tangan manusia. Saat ini pun telah bermunculan alat-alat seduh manual
yang dapat memudahkan setiap orang untuk menyeduh kopinya sendiri, kapanpun,
dimanapun, termasuk di rumah, seperti pour over atau coffee drip,
french press atau plunger juga syphon.
Kendati demikian, Agung
Yuwandono, barista dari East Indische Koffie, Jakarta, tidak menyarankan
penggunaan syphon bagi pemula atau penyuka kopi yang ingin mencoba menyeduh
kopinya sendiri di rumah. Pasalnya, kata
Agung, dibutuhkan ketepatan waktu yang tinggi saat menggunakan syphon. Syphon
sendiri bekerja dengan teknik suction. Artinya, kopi akan dibasahi dengan uap
panas yang muncul saat memasak air yang ada di wadah paling bawah.
Tanaman kopi adalah pohon kecil yang
bernama Perpugenus coffea
dari familia Rubiaceae.
Tanaman kopi, yang umunya berasal dari benua Afrika, termasuk familia Rubiaceae
dan jenis Coffea.
Kopi mempunyai banyak varietas. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500
jenis kopi (ICO, 2013). Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika
(kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai
minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di
benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000
SM) yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
bahwa ekspor kopi Indonesia sebagian besar adalah ke Amerika Serikat,
sebaliknya Indonesia juga merupakan pengekspor kopi terbesar bagi Amerika
Serikat dapat dikatakan bahwa saat ini ketergantungan kebutuhan Amerika Serikat
akan kopi Indonesia begitu besarnya, sehingga dengan memahami faktor – faktor
apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat, maka hal
ini akan dapat mewakili seluruh permasalahan ekspor kopi Indonesia. Penelitian
ini mencoba untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia
ke Amerika Serikat.
Tanaman kopi adalah pohon kecil yang
bernama Perpugenus coffea
dari familia Rubiaceae.
Tanaman kopi, yang umunya berasal dari benua Afrika, termasuk familia Rubiaceae
dan jenis Coffea.
Kopi mempunyai banyak varietas. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500
jenis kopi (ICO, 2013). Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu
arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi
sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa
Etiopia di benua Afrika sekitar 3000
tahun (1000 SM) yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
bahwa ekspor kopi Indonesia sebagian besar adalah ke Amerika Serikat,
sebaliknya Indonesia juga merupakan pengekspor kopi terbesar bagi Amerika
Serikat dapat dikatakan bahwa saat ini ketergantungan kebutuhan Amerika Serikat
akan kopi Indonesia begitu besarnya, sehingga dengan memahami faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat, maka hal ini akan
dapat mewakili seluruh permasalahan ekspor kopi Indonesia.
Perkembangan ekspor kopi Indonesia ke
Amerika Serikat dapat digambarkan dalam beberpa tahun terakhir, pada tahun 2013
jumlah ekpsor kopi Indonesia adalah sebesar 66.138,10 ton turun 5% dari tahun
sebelumnya, kemudian pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan ekspor kopi ke
Amerika Serikat sebanyak 11%. Pada tahun 2015 ekspor kopi Indonesia ke Amerika
Serikat mengalami peningkatan sebesar 12% dan kembali turun 24 persen pada
tahun 2016 kemudian kembali meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah
perkembangan sebesar 13%.
Penetapan harga suatu produk atau jasa tergantung dari
tujuan perusahaan atau penjual yang memasarkan produk tersebut
Kopi ekspor Indonesia kalah bersaing dalam hal kualitas, Berbagai upaya telah
dilakukan untuk peningkatan mutu antara lain
kebijakan standarisasi dan pengawasan mutu kopi. Standarisasi mutu tersebut terus ditingkatkan, dan hasilnya
adalah bahwa pangsa pasar kopi
untuk mutu tinggi menjadi 11.65 % dan mutu sedang 70,8%. Sementara kopi yang berkualitas rendah turun
menjadi 17,5%.
Harga kopi dunia dan harga kopi
Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2000- 2007. Mulai tahun 2005 harga
kopi dunia mengalami penurunan sampai tahun 2007 sebesar 13,32 Us cents/lb,
harga kopi tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 1291,97 US cents /lb dan
terendah terjadi pada tahun 2007
809.17US cents/lb. Dari tabel dapat juga dilihat perbandingan harga kopi
dunia dengan harga kopi ekspor Indonesia, adanya perbedaan harga yang jauh
dimana harga kopi Indonesia tertinggi hanya menyentuh harga 116,07 US cents/lb
pada tahun 2007 dan harga kopi dunia sampai menyentuh harga 1291,97 US
cents/lb, perbedaan harga yang jauh inilah yang menjadi keunggulan dari kopi
Indonesia.
Penurunan harga suatu komoditi dapat
membawa akibat pada rumah tangga dalam dua cara. Pertama, oleh karena harga
relatif komoditi itu berubah, orang cenderung terangsang untuk membeli banyak
komoditi tersebut karena sekarang lebih murah. Kedua, pendapatan riel rumah
tangga naik, ia dapat membeli semua komoditi lebih banyak. Kenaikan pendapatan riil ini merangsangnya untuk
membeli jumlah kombinasi yang berbeda
semua barang , Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menggeser kurva
permintaan untuk kebanyakan komoditi kearah kanan.
Ini menunjukkan bahwa akan lebih banyak
komoditi itu yang akan diminta pada setiap harga yang mungkin, jika pendapatan
rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar, maka mereka dapat
diperkirakan akan membeli lebih banyak beberapa komoditi, walaupun harga
komoditi-komoditi itu tetap sama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi naik
turunnya ekspor kopi di Indonesia ke Amerika Serikat, diantaranya kurs,
inflasi, PDB dan harga kopi internasional.
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari
sutu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan
peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs
memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu
bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari
suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing
bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya
lebih mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang
bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah
inflasi
adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum megalami
kenaikan dalam waktu yang panjang. Kenaikan harga yang bersifat sementara eperti
kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi, karena disaat
setelah masa lebaran, harga-harga dapat turun kembali. Inflasi secara umum
dapat terjadi karena jumlah uang beredar lebih banyak daripada yang dibutuhkan.
Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan
dengan tuntas. Usaha-usaha yang dilakukan biasanya hanya sampai sebatas
mengurangi dan mengendalikannya.
Pendapatan
Domestik Bruto (PDB) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch :
1981). Produk Nasional Bruto (GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung
dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili
di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja.
Harga
adalah nilai tukar yang bisa disamakan
dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu
barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat
tertentu. Harga penawaran adalah harga yang bersedia
dibayar oleh pialang atau pelaku pasar atas suatu produk sekuritas, seperti
saham atau obligasi, pada waktu tertentu. Di pasar real estat, harga penawaran
adalah harga yang ditawarkan pembeli untuk membayar suatu properti. tujuan dari penetapan suatu harga adalah untuk mencapai
target perusahaan, mendapatkan laba dari penjualan, meningkatkan serta mengembangkan
produksi produk, serta meluaskan target pemasaran.
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi
Indonesia Ke Amerika Serikat”.
1.2 Rumusan Masalah
Amerika Serikat merupakan pengkonsumsi
kopi terbesar di dunia hal ini menjadi alasan mengapa Amerika menjadi pasar
potensial bagi ekspor kopi Indonesia. Salah satu komoditas primer perkebunan
utama Indonesia yaitu kopi. Permintaan ekspor kopi dari Indonesia ke berbagai
negara cukup fluktuatif, salah satu negara yang mengimpor kopi terbesar di
Indonesia adalah Amerika Serikat,sebab dibandingkan dengan negara – negara
lain, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah peminat kopi yang besar.
Mengingat Amerika Serikat sebagai negara pengkonsumsi kopi terbesar di dunia,
maka Amerika serikat merupakan pasar potensial bagi Indonesia untuk mengekspor
kopi. sehingga diperlukan penelitian yang dapat membuktikan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat.
Dari berbagai fenomena yang telah
terjadi, yang menjadi masalah dalam penellitan ini Adalah :
1.
Bagaimana perkembangan kurs,
inflasi, PDB, harga kopi internasional dan ekspor Kopi ke Amerika Serikat dalam periode 1998 – 2017.
2.
Faktor apa yang
mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat dalam periode 1998 – 2017.
1.3 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penulis dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis
perkembangan kurs, inflasi, PDB, Harga kopi internasional dan ekspor kopi
Indonesia ke Amerika Serikat dalam
periode 1998 – 2017.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis
faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor
Kopi Indonesia ke Amerika Serikat
dalam periode 1998 – 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan
penelitian ini dapat bermanfaat dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Praktisi : Hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi eksportir kopi
Indonesia, dalam upaya menaikkan kulitas, jumlah dan penawaran ekspor kopi
Indonesia ke Amerika Serikat
2.
Akademisi : Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai pelengkap dan menambah pengetahuan tentang
penelitian ekonomi, khususnya mengenai perdagangan ekspor kopi Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Penawaran
Penawaran adalah gambaran atas
hubungan-hubungan antara aspek-aspek yang ada dalam pasar. hubungan-hubungan
tersebut terdiri dari para calon pembeli dan penjual akan suatu barang. modal
penawaran digunakan untuk menentukan harga dan kualitas barang yangakan di jual
di pasara. Model ini sangat penting untuk melakukan kegiatan analisis dalam
tingkat ekenomi mikro akan perilaku dan interaksi para pembeli dan penjual.
Variabel jumlah barang dan tingkat
harga dalam konsep penawaran ini menunjukkan adanya saling keterkaitan satu
dengan yang lainnya. Variabel harga merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah
barang dan jasa yang ditawarkan, biasa disebut sebagai variabel bebas, atau
independent variable. Sedangkan variabel jumlah barang dan jasa merupakan
variabel yang dipengaruhi oleh tingkat harga, biasa disebut variabel terikat
atau dependent variable.
11
|
Menurut Hanafie (2010)
Faktor – faktoryang mempengaruhi penawaran adalah Harga barang itu sendiri, Jika harga
suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang
dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran. Harga barang lain yang
terkait, Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan
bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat dinyatakan
bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang
berkurang, atau sebaliknya.
Harga faktor produksi, Kenaikan
harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih
sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba
perusahaan sehingga produsen akan pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan
berkurangnya penwaran barang. Biaya produksi, Kenaikan harga input juga mempengaruhi
biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi
hasil produksinya, berarti penawaran barang berkurang.
Teknologi produksi, Kemajuan
teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang
baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang. Jumlah
pedagang/penjual,Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak,
maka penawaran barang tersebut akan bertambah. Tujuan perusahaan, Tujuan
perusahaan adalah memaksimumkan laba buka hasil produksinya.
Akibatnya tiap produsen tidak
berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan
menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan
maksimum.Kebijakan pemerintah, Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas
impor menyebabkan supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri
sehingga dapat meningktakan penawaran.
Hukum
dari kurva penawaran adalah “Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak
jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin
rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang
ditawarkan.”Kurva penawaran dapat didefinisikan
sebagai: “suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang
tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”.
Tabel 2.1 Kurva penawaran
Pergerakan kurva penawaran merupakan pergerakan yang
terjadi di sepanjang kurva penawaran yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah
produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan harga produk
tersebut. Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang
kurva penawaran adalah karena perubahan harga produk yang bersangkutan.
Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Penawaran, yaitu ketika harga barang naik,
maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah, sehingga titik pada kurva penawaran
akan bergerak ke kanan.
2.2 Teori Perdagangan Internasional
Perdaganngan
internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara ataulintas
negara yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional terjadi karena
setiap negara tidak memenuhi semua kebutuhan dari hasil produksi dalam
negaranya sendiri sehingga diperlukan transaksi perdagangan. Hal ini terjadi karena setiap negara dengan mitra
dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumberdaya alam, modal, sumberdaya
manusia, teknologi, konfigurasi geografis, struktur ekonomi dan lain
sebagainya.
Dari
perbedaan tersebut, maka atas dasar
saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas
dikenal sebagai perdagangan internasional (Halwani, 2003). Karena setiap negara
berbeda dengan negara lainnya di tinjau dari sumberdaya alamnya, iklimnya,
letak geografinya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan
struktur ekonomi dan sosialnya. Hal ini memungkinkan karena ada barang yang
hanya dapat diproduksi di daerah dan
iklim tertentu, atau karena suatu negara mempunyai kombinasi faktor-faktor
produksi lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara itu dapat menghasilkan
barang yang lebih bersaing (Amir M.S. 2000).
Pada
dasarnya, perdagangan internasional bisa terjadi apabila kedua belah pihak
memperoleh manfaat atau keuntungan dalam perdagangan tersebut. Perdagangn internasional
menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang pada setiap negara untuk
mengkspor barang-barang yang faktor produksinya langka atau mahal jika
diproduksi dalam negari.
2.3 Teori Ekspor
Menurut
Curry (2001) ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing
untuk ditukarkan dengan barang lain (produk,uang). Proses ekspor pada umumnya
adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri
untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.Perkembangan
ekspor dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan
komparatif tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif.
Inti
daripada paradigma keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu negara di dalam
persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif (teori-teori klasik
dan H-O) yang dimilikinya dan juga karena adanya proteksi atau bantuanfasilitas
dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan
kompetitifnya.Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu negara,
tetapi juga dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut secara
individu atau kelompok. Perbedaan lainnya dengan keunggulan komparatif adalah,
bahwa keunggulan kompetitif sifatnya lebih dinamis dengan perubahan-perubahan,
misalnya teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001 ).
Ditinjau dari
sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross
Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan
masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Tingginya ekspor
suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif
terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran
internasional maupun di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003). Kegiatan
ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari
dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor
merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah Negara ke negara lain,
termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun
tertentu (Priadi, 2000).
Fungsi penting
komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh
keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah
out put dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put yang lebih tinggi
lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat
ditingkatkan (Jhingan, 2000). Selain menambah peningkatan produksi barang untuk
dikirim ke luar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga
secara langsung ekspor memperbesar output industri-industri itu sendiri, dan
secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk
mempergunakan faktor produksinya.
Misalnya modal,
dan juga menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien
sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional.
Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang
tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut
atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Faktor yang lebih
penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk mengeluarkan
barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri.
Cita rasa
masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara
sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor sesuatu negara. Secara umum
boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan
yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin banyak ekspor yang
dapat dilakukan (Sadono Sukirno, 2008).
Ekspor adalah
proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Banyak ahli ekonomi menganggap
bahwa perdagangan internasional sebagai suatu keseimbangan kemampuan produksi
internal dengan permintaan di datam negeri. Sekiranya rakyat suatu negara lebih
banyak meminta produk tertentu melebihi kemampuan produksinya sendiri, maka
kekurangannya akan dipenuhi dengan mengimpornya. Begitu juga terjadinya ekspor,
sekiranya jumlah konsumsi produk yang dihasilkan lebih kecil, berarti
kelebihannya merupakan produk yang dapat diekspor. (Bachrawi, 2004).
2.4 Teori Penawaran Ekspor
Penawaran suatu
komoditas baik berupa barang maupun jasa adalah jumlah yang ditawarkan oleh
produsen kepada konsumen dalam suatu pasar padatingkat harga dan waktu
tertentu. Jumlah yang ditawarkan menunjuk pada arus penjualan yang terus
menerus. Menurut Lipsey 1995, faktor- faktor yang memengaruhi penawaranekspor
suatu komoditas yaitu, Harga komoditas tersebut Harga sejumlah komoditas
mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah komoditas yang ditawarkan yaitu
semakin tinggi harganya semakin besar pula jumlah komoditas yang ditawarkan, cateris
paribus.Harga komoditas lain: substitusi dan komplementer Perubahan harga
komoditas substitusi akan mempengaruhi
jumlahpenawaran pada komoditas yang bersangkutan.
Harga faktor produksi Harga faktor
produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan olehperusahaan. Perubahan harga
faktor produksi akan memengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan,
jika harga faktor produksi naik..
Penggunaanteknologi baru mengakibatkan efisiensi waktu, tenaga, dan modal
meningkat dimana peningkatan tersebut berasal dari peningkatan penerimaan dan
penurunanbiaya pada penggunaan faktor produksi yang sama. Jumlah volume ekspor
merupakan selisih antara jumlah penawaran ekspordikurangi dengan konsumsi atau
permintaan domestik negara yang bersangkutan. Kurva penawaran ekspor dapat
dijelaskan dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Kurva Penawaran Ekspor
Pergerakan
kurva penawaran ekspor merupakan pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva
penawaran ekspor diakibatkan oleh
berubahnya jumlah produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan
harga produk tersebut. Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan adanya pergerakan di
sepanjang kurva penawaran ekspor adalah karena perubahan harga produk yang
bersangkutan. Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Penawaran, yaitu ketika harga
barang naik, maka jumlah barang yang diekspor akan bertambah, sehingga titik
pada kurva penawaran ekspor akan bergerak ke kanan.
2.5 Hubungan Masing – Masing Variabel
2.5.1 Hubungan
Nilai Tukar dengan Ekspor
Nilai tukar mempengaruhi
daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga
akan berdampak pada real output dari negara tersebut yang pada gilirannya akan
mempengaruhi cash flow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan
tersebut. Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan, dapat
mempengaruhi perilaku nilai tukar melalui mekanisme permintaan uang berdasarkan
model penentuan nilai tukar oleh ahli moneter
Sistem nilai tukar yang
dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali dalam menentukan pergerakan
nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia yang sebelum tanggal 14 Agustus
1997 menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali, maka laju depresiasi
sangat ditentukan oleh pemegang otoritas moneter, sehingga ketika Bank
Indonesia melepas kendali nilai tukar menyebabkan nilai tukar akan segera
mengikuti hukum pasar dan pengaruh-pengaruh dari luar.
Untuk mengurangi tekanan
terhadap Rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah
pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi. Dengan
band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang
telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi yang telah
ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan
nilai tukar pada posisi semula.
Pendekatan moneter
merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang.
Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi
karena ketidak seimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara
permintaan uang dengan penawaran uang (jumlah uang beredar).
Pendekatan yang
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs adalah
pendekatan moneter. Dengan pendekatan moneter maka diteliti pengaruh variabel
jumlah uang beredar dalam arti luas, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan,
dan variabel perubahan harga. Dipakainya dollar Amerika sebagai pembanding,
karena dollar Amerika merupakan mata uang yang kuat dan Amerika merupakan
partner dagang yang dominan di Indonesia. Konsep penentuan kurs diawali dengan
konsep Purchasing Power Parity (PPP), kemudian berkembang konsep dengan
pendekatan neraca pembayaran (balance of payment theory).
Transaksi ekspor
merupakan transaksi penjualan barang dan jasa dari Indonesia ke luar negeri
yang berakibat pada adanya pembayaran dari pembeli di luar negeri. Hal ini
berarti akan terdapat uang masuk ke Indonesia dalam mata uang asing. Pada saat
eksporti menerima pembayaran tersebut maka langkah selanjutnya yang dilakukan
oleh eksportir adalah menukarkan uang asing yang diperolehnya menjadi rupiah agar
dapat digunakan lagi menjadi modal membeli bahan baku, dan lain-lain. Pada saat
nilai tukar rupiah melemah maka jumlah rupiah yang akan diterima
eksportir menjadi lebih banyak dibandingkan menggunakan nilai tukar
sebelumnya.
Secara makro
dapat dikatakan bahwa kegiatan ekspor akan menjadi lebih menarik dan
menguntungkan bagi perekonomian karena akan menambah jumlah transaksi ekonomi
di dalam negeri dan menambah minat dunia usaha untuk meningkatkan ekspor ke
luar negeri. Jadi dapat disimpulkan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah atau
meningkatnya kurs dollar dapat meningkatkan ekspor dan perekonomian dalam
negeri. Namun sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat atau kurs dolar
melemah maka akan menurunkan ekspor dan perekonomian dalam negeri.
2.5.2 Hubungan Inflasi dengan Ekspor
Inflasi
adalah naiknya harga-harga umum di pasar barang.Inilah alasannya kenapa
pemerintah memberlakukan uang ketat yang dimaksudkan untuk menekan laju
inflasi.Kebijaksanaan fiskal dan moneter juga tidak ada pengaruhnya terhadap
output dan employment. Penyebab dari inflasi adalah kenaikan biaya produksi dan
kenaikan permintaan.
Inflasi
karena Kenaikan Permintaan (Demand Pull Inflation) Inflasi semacam ini
terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Adapun
dalam hal ini, peningkatam permintaan masyarakat itu terjadi secara agregat (aggregate
demand). Permintaan yang meningkat ini terjadi karena peningkatan
permintaan barang untuk diekspor, peningkatan permintaan barang bagi keperluan
swasta serta peningkatan belanja pemerintah.
Akibat
kenaikan permintaan masyarakat ini, harga-harga menjadi naik sebab penawaran
masih tetap.Inflasi karena biaya produksi (Cos Pull Inflation)Inflasi
semacam ini terjadi sebab adanya kenaikan biaya produksi. Adapun kenaikan biaya
produksi disebabkan kenaikan harga-harga bahan baku, contohnya karena kenaikan
harga bahan bakar minyak. keberhasilan serikat buruh untuk menaikkan upah, dan
lain sebagainya.
Inflasi
yang terkendali bisa meningatkan kegiatan perekonomian, jadi ternyata inflasi
tidak selalu berdampak buruk untuk perekonomian, Di bawah ini dampak-dampak
inflasi terhadap kegiatan dan kondisi perekonomian masyarakat.Dampak inflasi
terhadap pendapatan adalah bisa mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan bisa
bersifat merugikan atau menguntungkan. Pada beberapa keadaan, inflasi bisa
mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu inflasi bisa membantu pengusaha
menambah kapasitas produksinya.
Dengan
begitu, akan tumbuh lapangan kerja baru serta bertambahnya penghasilan seseorang.
Tetapi, bagi masyarakat yang berpendapatan tetap inflasi akan mengakibatkan
mereka rugi karena pendapatan yang tetap itu bila ditukarkan dengan barang dan
jasa akan semakin sedikit.Dampak Inflasi terhadap Ekspor : Pada kondisi
inflasi, daya saing untuk barang ekspor menjadi berkurang. Penyebab
berkurangnya daya saing ini adalah harga barang ekspor yang semakin mahal.
Selain itu, inflasi bisa menyulitkan negara dan para eksportir. Dampak bagi
negara adalah mengalami kerugian sebab daya saing barang ekspor berkurang yang
mengakibatkan jumlah penjualan menjadi berkurang. Selain itu, devisa yang
didapat juga semakin sedikit.
Dampak
Inflasi terhadap minat orang untuk menabung : Saat terjadi inflasi, penghasilan
riil para penabung menjadi berkurang karena jumlah bunga yang diperoleh pada
kenyataannya berkurang disebabkan pertumbuhan inflasi. Contohnya, pada bukan
agustus tahun 2015 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito
satu tahun. Deposito akan menghasilkan bunga sebesar 20% per tahun. Jika tingkat
inflasi sepanjang agustus 2015 sampai agustus 2016 lumayan tinggi, misal 16%,
maka penghasilan uang dari uang yang didepositokan hanya tersisa 4%.
Oleh
karena itu, salah satu dampak inflasi adalah membuat minat orang menabung
menjadi berkurang.Dampak Inflasi terhadap kalkulasi harga pokok: Kondisi
inflasi mengakibatkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok bisa terlalu
besar atau bahkan terlalu kecil. Karena persentase dari inflasi itu sendiri
tidak teratur, kita tidak bisa emmastikan berapa persen inflasi untuk suatu
masa tertentu. Dampaknya, penetapan harga jual dan harga pokok sering tidak
sesuai. Kondisi inflasi ini bisa mengacaukan kegiatan perekonomian, khususnya
untuk produsen.
Tingginya
tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal
dibandingkan harga barang import. Jika didalam negeri terjadi inflasi, ini
artinya harga produk dalam negeri menjadi lebih mahal. Dan jika harga produk
dalam negeri lebih mahal maka hal ini akan mengakibatkan produk domestic akan
sulit bersaing dengan dengan produk – produk impor. Hal ini akan mengakibatkan,
nilai nilai ekspor lebih kecil dibandingkan dengan nilai impor, sehingga neraca
perdagangan akan mengalami defisit dan akan mengurangi cadangan devisa. Maka
dapat diartikan bahwa meningkatnya inflasi akan menyebabkan penurunan dalam
ekspor dan sebaliknya jika inflasi turun
maka ekspor akan meningkat.
2.5.3 Hubungan Pendapatan Domestik Bruto dengan Ekspor
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah
nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu
perekonomian dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981). Produk Domestik
Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor
pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan
hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang
bekewarganegaraan negara tersebut saja. Thompson (1980 : 804) mengatakan
bahwa ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai
kenaikan PDB riil perkapita.
PDB riil perkapita diperoleh dengan
membagi PDB riil dengan jumlah penduduk. PDB riil perkapita mengukur jumlah
rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan
demikian kenaikan PDB riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat
(standar hidup lebih tinggi).
Tolak ukur yang biasa dipakai untuk
mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara diantaranya adalah
pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga
dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Pendapatan Nasional (National Income)
adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis
dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihadapi masyarakat sesuatu
negara.
Jadi Pendapatan Nasional Neto (NNP)
adalah pendapatan nasional yang hanya memperhitungkan investasi neto (nilai
investasi bersih setelah dikurangi depresiasi dari aktiva investasi)
Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan
dalamstruktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, ahli ekonomi bukan
saja tertarik kepadamasalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga
kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor
pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah
perataan pembagian pendapatan (Sukirno, 2008).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
sasaran dari kebijakan ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
perkembangan GNP (Gross National Product) suatu Negara (Samuelson,1995). Untuk
mengetahui adanbkya pertumbuhan ekonomi suatu negara, diperlukan suatu
indikator. Menurut Suparmoko (1998), salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto) untuk
skala nasional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk skala daerah.
Konsep pendapatan domestik regional
bruto (PDRB) adalah ukuran yang paling sering dipakai sebagai indikator
pertumbuhan ekonomi. Semakin meningkatnya ekspor maka PDB akan mengalami
peningkatan dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Hal ini dapat dipastikan
bahwa pengaruh PDB terhadap ekspor adalah negatif dan tingginya ekspor
menyebabkan menambahnya cadangan devisa karena banyaknya barang mata uang asing
yang masuk devisa.
2.5.4 Hubungan Harga Kopi dengan Ekspor
Harga adalah nilai
tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat
yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada
waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga
penawaran adalah harga yang bersedia dibayar oleh pialang atau pelaku pasar atas
suatu produk sekuritas, seperti saham atau obligasi, pada waktu tertentu. Di
pasar real estat, harga penawaran adalah harga yang ditawarkan pembeli untuk
membayar suatu properti. tujuan dari
penetapan suatu harga adalah untuk mencapai target perusahaan, mendapatkan laba
dari penjualan, meningkatkan serta mengembangkan produksi produk, serta
meluaskan target pemasaran.
Penetapan harga suatu produk
atau jasa tergantung dari tujuan perusahaan atau penjual yang memasarkan produk
tersebut. Dengan tingginya volume harga yang
diperoleh maka semakin tinggi jumlah yang akan diekspor. Hal ini dapat
dipastikan bahwa pengaruh harga terhadap ekspor adalah positif dan tingginya
jumlah harga ekspor akan menyebabkan jumlah produk yang diekspor.
2.6 Studi Sebelumnya
Rosandi,
Aji Wahyu Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penawaran ekspor kopi
Indonesia Tahun 2007. Ekspor kopi
Indonesia (ton), Produksi kopi (ton), Konsumsi domestik kopi (ton), Harga
domestik kopi (Rp/Kg), Harga ekspor kopi (US$/Kg), Nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika (Rp/US$). Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek adalah dengan pendekatan
Error Correction Model (ECM) dan analisis jangka panjang dengan menggunakan
persamaan kointegrasi. Produksi kopi merupakan salah satu variabel yang paling besar pengaruhnya
terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia fluktuasi harga ekspor kopi sangat
mempengaruhi nilai ekspor yang diperoleh
Indonesia.
Anggraini
Dewi, Faktor – FaktorYang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi Indonesia Dari Amerika
Serikat Tahun 2006. Harga kopi Volume
ekspor kopi Indonesia ke AmerikaSerikat, konsumsi kopi perkapita satu tahun
sebelumnya, Gross National Product (GNP) perkapita Amerika. Analisis regresi
berganda dan metode yang digunakan
adalah metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS),
Jumlah penduduk Amerika Serikat, harga teh dunia, nilai tukar dolar terhadap
rupiah Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi
Indonesia dari Amerika Serikat adalah. harga kopi dunia, harga dunia, jumah
penduduk Amerika Serikat dan konsumsi
kopi Amerika Serikat satu tahun sebelumnya. Variabel yang berpengaruh tidak
signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat
adalah pendapatan perkapita penduduk
Amerika Serikat dan nilai tukar mata
uang dolar terhadap rupiah. Ridwan, Analisis Dampak Ke digunakan dalambijakan
Terhadap Produksi Dan Permintaan Kopi Di Indonesia Tahun 2004. Vaiabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah, Harga riil kopi biji di pasar domestik
Harga riil teh biji di pasar domestik Luas areal kopi Robusta
Indonesia Luas areal kopi Arabica
Indonesia Jumlah Penawaran Kopi Domestik
Jumlah Permintaan Kopi Domestik. Hasil identifikasi model menunjukkan masingmasing persamaan dalam model adalah
overidentified. Metode pendugaan disesuaikan dengan tujuan penulisan yaitu
untuk memperoleh koefisien persamaan
struktural secara simultan, dengan
menggunakan 2SLS (two stage least
square). Produksi kopi Arabica dipengaruhi oleh harga riil kopi dalam negeri,
harga riil teh dalam negeri, luas lahan, upah, dan produksi tahun lalu. Permintaan kopi di pasar domestik dipengaruhi oleh harga ekspor dengan arah
yang berlawanan. Elastisitas jangka pendek
dan jangka panjang untuk produksi kopi Robustainelastis sehingga dapat
dikatakan tidak responsif terhadap suatu
perubahan. Pada produksi kopi Arabica nilai
elastisitis yang elastis hanya terhadap luas areal dan upah dalam jangkapanjang. Sedangkan pada permintaan kopi di pasar domestik semuanya elastis, berarti
responsif terhadap
suatu perubahan.
Ridwan,
Analisis Dampak Kebijakan Terhadap Produksi Dan Permintaan Kopi Di Indonesia
Tahun 2004. Hasil identifikasi model menunjukkan masing - masing persamaan dalam model adalah
overidentified. Metode pendugaan disesuaikan dengan tujuan penulisan yaitu
untuk memperoleh koefisien persamaan
struktural secara simultan, dengan
menggunakan 2SLS (two stage least
square). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Harga riil
kopi biji di pasar domestik, Harga riil teh biji di pasar domestik, Luas areal
kopi Robusta, Indonesia Luas areal kopi Arabica Indonesia, Upah rata-rata
terendah riil perkebunan Produksi kopi
Arabica Indonesia, Harga riil kopi biji di pasar domestik, Harga riil teh biji
di pasar domestik, Luas areal kopi Arabica Indonesia, Upah rata-rata terendah
riil perkebunan dan Jumlah permintaan kopi (biji) di pasar domestik (ribu ton).
Produksi kopi Arabica dipengaruhi oleh harga riil kopi dalam negeri, harga riil
teh dalam negeri, luas lahan, upah, dan produksi tahun lalu. Permintaan kopi di pasar domestik dipengaruhi oleh harga ekspor dengan arah
yang berlawanan. Elastisitas jangka
pendek dan jangka panjang untuk
produksi kopi Robusta inelastis sehingga dapat dikatakan tidak
responsif terhadap suatu perubahan. Pada
produksi kopi Arabica nilai elastisitis yang elastis hanya terhadap luas areal
dan upah dalam jangkapanjang. Sedangkan pada permintaan kopi di pasar domestik semuanya elastis, berarti
responsif terhadap suatu perubahan.
2.7 Kerangka Pemikiran
Perdagangan
mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses
tukar menukar yang di dasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.
Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman dan sebagainya tidak termasuk
dalam arti perdagangan yang dimaksud di sini. Impor khususnya yang berupa bahan
baku, bahan penolong dan barang modal akan mendorong peningkatan ekspor.
Beberapa
produk ekspor Indonesia masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi.
Naiknya inflasi di dalam negari akan menyebabkan suku bunga naik dan biaya
produksi juga naik sehingga akan mengurangi produksi dan ekspor menurun. Kurs miliki efek positif terhadap ekspor, semakin
tinggi nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing)
maka ekspor menjadi murah (dalam dollar) bagi buyer, sedangkan bagi eksportir
akan menerima Rupiah lebih besar sehingga akan mendorong peningkatan ekspor.
Pendapatan
domestik bruto perkapita negara tujuan ekspor merupakan faktor eksternal yang
akan mempengaruhi ekspor Indonesia. Semakin tinggi GNP pertumbuhan ekonomi
negara tujuan ekspor maka permintaan terhadap produk-produk ekspor Indonesia
akan meningkat. Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil
penelitian terdahulu ada beberapa variable yang dimasukkan dalam model ini,
yaitu : nilai tukar, inflasi, PDB, harga kopi dan ekpor kopi ke Amerika Serikar.
Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa pada penelitian ini
berbeda variabel yaitu dalam pemakaian variabel barang substitusi dalam
penelitian ini kopi dari negara lain adalah substitusi dari kopi Indonesia, dan
tahun penelitian (1998 – 2017). Oleh karena itu dapat disusun suatu kerangka
pemikiraan teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor
kopi Indonesia dari Amerika sebagai berikut :
2.8 Hipotesis.
Secara umum variabel Kurs, Inflasi, PDB, Harga
Kopi berpengaruh signifikan terhadap ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat
Periode 1998 – 2017.
1.
Diduga kurs, PDB dan
Harga kopi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia ke
Amerika Serikat Periode 1998 – 2017.
2.
Diduga Inflasi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ekspor
kopi Indonesia ke Amerika Serikat periode 1998 – 2017.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
3.1.1 Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data time series dari tahun 1998 – 2017.
Data time series adalahdata statistik yang disusun
berdasarkan urutan waktu kejadian. Pengertian waktu dapat berupa tahun,
kuartal, bulan, minggu, dan sebagainya. Adapun jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1.
Data volume ekspor Kopi
dari Indonesia ke Amerika Serikat
2.
Data Kurs Rupiah
terhadap Dollar Amerika
3.
Data Inflasi Indonesia
4.
PDB Indonesia
5.
Harga Kopi
Internasional
3.1.2 Sumber data
Data yang
digunakan diperoleh dari hasil publikasi instansi – instansi sebagai berikut :
1.
Badan Pusat Statistik
2.
Bank Indonesia
3.
Kementrian Perdagangan
4.
Kementrian Pertanian
5.
32
|
3.2 Metode Analisis Data
3.2.1 Analisis deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data time
series yang diperoleh dengan peralatan statistiK sederhana dan analisis yang berbasis
teori. Untuk menghitung perkembangan nilai
tukar, inflasi, PDB, harga kopi dan volume ekspor kopi dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Perkembangan
Nilai Tukar Rupiah
2. Perkembangan Inflasi
3. Perkembangan
Produk Domestik Bruto
4. Perkembangan
Harga Kopi
5. Perkembangan
Volume Ekspor Kopi
3.2.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis
yang digunakan untuk melihat secara empiris bagaimana pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel depeden (Y). untuk melihat pengaruh variabel
kurs, inflasi, dan GNP terhadap ekpor kopi ke Amerika Serikat dengan menggunakan
aplikasi Eviews 7 metode linier berganda
3.3 Uji statistik
Proses analisa
yang akan dilakukan melalui pengujian variabelvariabel independen yang meliputi
uji F (uji bersamasama), uji t (uji individual), dan uji R² (uji koefisien
determinasi).
(a) Uji F (Uji bersama-sama)
Uji f ini
merupakan pengujian bersama-sama variabel independen yang dilakukan untuk
melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen secara signifikan. Langkahlangkah pengujian adalah sebagai berikut
(Gujarati, 1995) :
Nilai F hitung =
………………………………….…………….... ... 3.7
Dimana
:
R 2 : Koefisien
determinasi
N : jumlah observasi/ sample
K
: banyaknya variabel.
a)
Apabila nilai F hit
< F table, maka Hipotesis diterima dan Hipotesis ditolak, artinya variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
secara signifikan.
b).
Apabila nilai F hit > F table,
maka Hipotesis ditolak dan Hipotesis diterima, artinya variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan
(b). Uji t (uji secara individu)
Uji t ini
merupakan pengujian variabel-variabel secara individu, dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen dalam
mempengaruhi variabel dependen, dengan beranggapan variabel independen lain
tetap / konstan. Langkah-langkah pengujian t test adalah sebagai berikut
(Gujarati, 1995). Melakukan perhitungan nilai t sebagai berikut:
a)
Nilai t table = tα/2;N – K
…………………………………..……….... …3.8
Keterangan:
α :
derajat signifikansi
N : jumlah sample (banyaknya observasi)
K : banyaknya parameter
b)
Nilai t hitung =
………..………………………………………… 3.9
Keterangan:
βi =
koefisien regresi
Se(βi ) =
standar error koefisien regresi iii.Kriteria pengujian
a.
Apabila nilai – t table
< t hitung < t table, Artinya variabel Independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen secara signifikan.
b.
Apabia nilai t hitung
> + t table atau t hitung < -t table, Artinya variabel independen mampu
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
(c). Koefisien Determinan (R²)
Nilai R2
untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang
paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien
determinasi ( R2) antara nol dan satu (0 < R 2< 1).
Jika koefisien determinasi 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut tidak menjelaskan
sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Sedangkan koefisien determinan
mendekati 1, artinya variabel independen semakin mepengaruhi variabel dependen,
atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien
determinasinya mendekati 1 (satu).
3.4 Uji Asumsi Klasik
(a). Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan
dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa /
semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995). Salah satu
asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa /
semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinier,
maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien
tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.
Salah satu
metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan pengujian
dengan metode Klein. Metode ini membandingkan nilai korelasi setiap variabel
penjelas (r2 xi, xj) dengan nilai koefisien determinasi (R2y,
xi, xj,… xn). Jika R2y, xi, xj,…xn < r2 xi, xj, maka
terjadi masalah multikolinier dalam model, sedangkan jika danilai R 2 y,
xi, xj,…xn > r2 xi, xj. Maka tidak terjadi masalah multikolinear.
Cara lain untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan
pengujian dengan pendekatan Koutsoyiannis. Metode ini dikembangkan oleh
Koutsoyiannis (1977) menggunakan metode cobacoba dalam memasukkan variabel
bebas. Dari hasil coba-coba tersebut, selanjutnya akan diklasifikasikan dalam 3
macam (Aisyah, 2007), yaitu :
1)
suatu variabel bebas
dikatakan berguna
2)
suatu variabel bebas
dikatakan tidak berguna
3)
suatu variabel bebas
dikatakan merusak
(b). Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana
kesalahan variabel penggangu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan
kesalahan penggangu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai
variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel
independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 1995).
Pada penelitian
ini digunakan dua metode untuk menilai apakah dalam model tersebut terdapat
masalah autokorelasi atau tidak, yaitu dengan menguji nilai Prob.chi-square.
Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah. Tidak ada serial
autokorelasi baik positif maupun negative. Untuk menguji hipotesis tidak ada autokorelasi,
terdapat tabelBreusch-Godfrey
Serial Correlation LM Test, dengan criteria hasil
perhitungan Prob. Chi-Square dibandingkan dengan α = 5%, sebagai berikut:
Jika Prob. Chi-Square<α,
MakaVariabel ini memiliki masalah autokorelasi.
Jika Prob. Chi-Square > α, Maka
variabel ini tidak memiliki maslah autokorelasi.
Pengujian lain
dapat dilakukan dengan metode Breusch-Godfrey (BG) Test, dengan kriteria
pengujian sebagai berikut jika BG(n-p)*R2< x2 tabel,
maka tidak signifikan, berarti bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi.
Disamping itu juga dapat kita lihat dari probabilitasnya, jika probabilitas
>
= 0,5, maka model terhindar dari masalah
autokorelasi.
3.5 Operasonal Variabel
Definisi
ini diberikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran terhadap suatu
variabel yang ada. Variabel-variabel tersebut, yaitu:
(a). Ekspor
Kopi
(b). Nilai tukar (Kurs)
Nilai
tukar (kurs) yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rupiah
dengan satuan Rupiah
(c). Inflasi
Inflasi
adalah kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam
satu periode, yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK). Inflasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi negara Indonesia dengan satuan
persen.
(d). Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
PDB adalah semua pendapatan negara
Indonesia selama satu periode termasuk nilai produksi yang dihasilkan oleh
penduduk dari negara indonesia baik yang berada diluar maupun dalam negeri. PDByang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB negara
Indonesia dari tahun 1998 hingga tahun 2017 dengan satuan Rupiah.
(d). Harga Kopi
Harga Kopi adalah nilai tukar yang bisa
disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh
dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu
dan tempat tertentu. Harga Kopi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Harga kopi Negara Indonesia dari tahun 1998 hingga tahun
2017 dalam satuan rupiah.
GAMBARAN UMUM OBJEK
PENELITIAN
4.1 Struktur Perekonomian
Indonesia
Struktur ekonomi dipergunakan untuk
menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu
perekonomian. Sektor yang dominan atau yang diandalkan mempunyai kedudukan
paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri khas dari suatu
perekonomian. Dimaksudkan dengan sektor ekonomi yang dominan adalah sektor
ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar penduduk serta
menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar. Sektor ekonomi yang dominan dapat juga berarti sektor yang memberikan
sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang
tinggi, yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Dikenal dua macam
struktur ekonomi, yaitu Struktur agraris dan industri.
struktur agraris merupakan struktur ekonomi
didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sumber mata
encaharian sebagian terbesar penduduknya. Pada umumnya negara-negara berkembang
(developing countries) termasuk Indonesia disebut negara agraris dan
negara-negara yang termasuk negara-negara belum berkembang (under developed
countries) yang pertaniannya masih sangat tradisional dikategorikan negara
agraris tradisional.
|
Struktur
perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih
menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Kita sudah sering
mendiskusikan topik ini jauh sebelum era reformasi tahun 1998. Gagasan mengenai
langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan
daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi
kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di
era globalisasi.
Tantangan
perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu
bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia
sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada
235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk
yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga
arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan
rakyatnya.
Selain itu industrialisasi dianggap sebagai
kunci yang dapat membawa masyarakat kearah kemakmuran, atau sebagai motor
pertumbuhan (engine of growth) ekonomi. Industrialisasi diharapkan dapat
mengatasi masalah kesempatan kerja yang kurang menarik disektor pertanian. Untuk
mencapai industri yang kuat harus didukung oleh pertanian yang tangguh. Tabel
4.4 akan menjelaskan bagaimana sektor industri lebih mendominasi dalam
menyumbang PDB.
Tabel 4.4 Struktur Perekonomian Indonesia
Sektor
|
Tahun
|
||||
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
|
Pertanian, pernakan, kehutanan dan perikanan
|
304.777,1
|
315 036,8
|
328 279,7
|
339 560,8
|
409.655,70
|
Pertambangan dan
penggalian
|
187
152,5
|
190
143,2
|
193
139,2
|
195
853,2
|
195
425,0
|
Industri pengolahan
|
597.134,9
|
633.781,9
|
670.190,6
|
707.481,7
|
854.256,70
|
Listrik, gas,
dan air bersih
|
18 050,2
|
18 899,7
|
20 094,0
|
21 254,8
|
22 423,5
|
Bangunan
|
150 022,4
|
159
122,9
|
170
884,8
|
182
117,9
|
194
093,4
|
Perdagangan,
hotel dan restoran
|
400 474,9
|
437
472,9
|
473
152,6
|
501 040,6
|
524
309,5
|
Pengangkutan dan
komunikasi
|
217
980,4
|
241
303,0
|
265
383,7
|
291
404,0
|
318
527,9
|
Keuangan, persewaan
& jasa perusahaan
|
221
024,2
|
236
146,6
|
253
000,4
|
272
141,6
|
288
351,0
|
Jasa - jasa
|
217
842,2
|
232
659,1
|
244 807,0
|
258 198,4
|
273
493,3
|
Sumber
: BPS Indonesia, Data Statistik (2010-2014)
Dari
tahun 2010 hingga 2014, sektor industri pengolahan lebih dominan dalam
menyumbang PDB dibandingkan dari sektor Pertanian, pernakan, kehutanan dan perikanan, Pertambangan dan penggalian, Listrik,
gas, dan air bersih, Bangunan, Perdagangan, hotel dan restoran, Pengangkutan
dan komunikasi, Keuangan, persewaan & jasa perusahaan, dan jasa – jasa . Dapat dilihat pada
tahun 2010 sektor industri pengolahan menyumbang sebesar 597.134,9 miliar rupiah. Tidak
dapat dipungkiri, sektor industri sangat mendominasi dalam menyumbang PDB.
Puncaknya pada tahun 2014, sektor industri menyumbang sebesar 854.256,70 miliar rupiah. Jika dibandingkan
dengan sektor lainnya, sektor industry pengolahan sangat dominan dalam
menyumbang PDB.
4.2 Sejarah
Kopi di Indonesia
Dimulai sejak abad ke 16. Saat itu Indonesia masih dalam
kekuasaan penjajah Belanda. Pada tahun 1696, India mengirimkan bibit kopi Yemen
atau Arabica kepada gubernur Belanda yang berkuasa di Indonesia saat itu untuk
dikembangkan di Indonesia khususnya di Batavia. Akan tetapi sudah sejak zaman
itu pula Kota Batavia atau Jakarta sekarang ini rentan dengan musibah banjir.
Sehingga pada saat itu, biji kopi yang dikirim dari India tersebut mati karena
adanya musibah banjir yang terjadi di Kota Batavia.
Namun setelah itu tetap dilakukan pengiriman bibit yang
kedua dan akhirnya tumbuh dengan baik. Akhirnya pada tahun 1711, hasil biji
kopi tersebut dikirim oleh Belanda ke Eropa. Dalam masa pengembangan 10 tahun
lamanya, ekspor kopi Indonesia telah meningkat sebanyak 60%. Indonesia pun
kemudian dikenal sebagai negara pengeskpor kopi terbesar di dunia setelah
negara-negara Arab dan Ethiopia. Saat ini perkembangan kopi di Indonesia terus
mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai penghasil
kopi terbaik dunia. Lampung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di
Indonesia yang memiliki jenis kopi robusta. Di Pulau Sumatera saja misalnya
kita melihat banyak jenis kopi berkualitas yang juga sudah dikenal hingga ke
mancanegara seperti misalnya kopi Sidikalang Sumatera Utara, kopi Mandailing
dan kopi Gayo Aceh, kopi Sumatera Selatan dan sebagainya. Di Jawa misalnya juga
dikenal kopi Malang yang mirip dengan yang ada di Lampung, kopi Bali dan masih
banyak lagi jenis kopi yang lainnya. Indonesia sebagai negara kepulauan
nusantara memiliki pesona rasa kopi nusantara yang sangat beragam dan rasanya
pun merupakan rasa yang berstandar kualitas ekspor.
Kopi nusantara yang tersebar di beberapa kawasan di
Indonesia umumnya memiliki kualitas rasa yang cukup baik. Hal ini disebabkan
karena Indonesia merupakan negara beriklim tropis dimana tanaman kopi akan
sangat cocok tumbuh di kawasan yang beriklim tropis. Kawasan pegunungan di
Indonesia dengan curah hujan yang cukup serta penetrasi cahaya matahari yang
baik dan suhu tropis yang mendukung membuat tanaman kopi yang ada di Indonesia
bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.
Bahkan untuk jenis kopi luwak misalnya, Indonesia bahkan
diakui sebagai kopi luwak terbaik di tingkat dunia. Untuk Anda para pecinta
kopi, buat apa jauh-jauh menikmati secangkir kopi dari luar negeri jika
ternyata di Indonesia sangat banyak jenis kopi alami yang justru dicari banyak
orang dari luar negeri. Tanah Indonesia yang subur telah membuat berbagai
tanaman mampu tumbuh dengan baik dan sempurna, termasuk tanaman kopi. Petani
Indonesia yang dikenal rajin dan telaten dalam bekerja telah mampu menghasilkan
komoditas ekspor terbaik dunia dan menjadi kesukaan para ahli kopi di tingkat
dunia.
4.3
Luas
Lahan Kopi
Luas perkebunan kopi saat ini sekitar 1,2 juta hektar,
produksi sebesar 637.539 ton dengan
produktivitas 707 kilogram/ha. Paling banyak dikembangkan di Indonesia jenis
kopi robusta sekitar 76,2% dan arabika 23,8%. Hampir 96% merupakan perkebunan
milik rakyat, melibatkan tenaga kerja sekitar 1,8 juta kepala keluarga (KK).
Dengan rata-rata kepemilikan lahan 0,6 ha.Indonesia menjadi produsen dunia kopi
ke-4 setelah Brazil, Vietnam, Kolombia. Tahun 2016 volume ekspor 502 ribu
ton dengan nilai USD 1.197,7 juta. Indonesia mempunyai keragaman jenis kopi.
Ada kopi specialty dari mulai Kopi Gayo, Kopi Mandailing, Kopi Lintong, Kopi
Java, Kopi Toraja, Kopi Bali Kintamani dan Kopi Flores.
Kemudian kopi berdasarkan Indikasi Geografis (IG) seperti
Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi Arabika Gayo, Kopi Arabika Flores Bajawa,
Kopi Arabika Kalosi Enrekang, Kopi Arabika Java Ijen-Raung dan Kopi Arabika
Java Preanger. peningkatan daya saing kopi terus dilakukan oleh Kementan, beberapa
tahun ini harga kopi meningkat tajam, biasanya harga kopi robusta Rp 20-25 ribu
per kg di pasaran sekarang sudah mencapai Rp 45 ribu per kg. Peningkatan harga
seiring adanya spesifikasi produk kopi dan meningkatnya gairah anak muda hingga
orang tua minum kopi. “Kopi membuat detak jantung menjadi stabil, maka aliran
darah ke seluruh tubuh menjadi lancar dan tubuh lebih sehat,” ujar Bambang.
Meskipun, diakuinya, kopi Indonesia masih mengahadapi
permasalahan utama yakni rendahnya produktivitas akibat tanaman tua, rusak,
tidak produktif dan serangan Organisme pengganggu tanaman (OPT). Kemudian
terbatasnya ketersediaan benih, Good Agricultural Practices (GAP) belum
diterapkan secara konsisten, kualitas biji masih rendah, kelembagaan petani
masih lemah atau posisi tawar petani rendah, kemitraan antara petani dengan
industri belum terwujud, terbatasnya akses terhadap permodalan dan rendahnya
tingkat efisiensi produksi dan pemasaran.
Untuk itu, Kementrian Pertanian akan melakukan
intensifikasi perkebunan kopi seluas 8.850 ha di sentra-sentra produksi.
Bambang mengatakan, kegiatan intensifikasi perkebunan kopi antara lain berupa
perbaikan tanaman kopi robusta seluas 4.900 ha yang tersebar di sembilan
provinsi meliputi 22 kabupaten sentra produksi. Kemudian
perbaikan tanaman kopi jenis arabika seluas 3.750 ha di 17 kabupaten sentra
produksi yang tersebar di 10 provinsi, serta perluasan areal seluas 200 ha di
dua kabupaten di Kalimantan Tengah. “Untuk kegiatan tersebut kami
mengalokasikan anggaran sebanyak Rp 35,5 miliar dari APBN Ditjen Perkebunan,”
jelasnya.
Adapun 9 provinsi intensifikasi kopi diantaranya : Jawa
Timur, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan,
Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. Sementara kopi robusta terdapat di
10 provinsi meliputi : Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Sulawesi
Barat.
Melalui kegiatan intensifikasi tanaman dan perluasan lahan
tersebut maka pihaknya menargetkan produksi kopi nasional pada 2017 sebanyak
637.539 ton dengan total luas perkebunan mencapai 1,227 juta ha. Target
tersebut masih lebih rendah dari 2016 dengan luas perkebunan kopi mencapai
1,228 juta ha dan hasil produksi sebanyak 639.305 ton.
Selain intensifikasi tanaman dan perluasan lahan,
Kementan akan melakukan upaya lain untuk meningkatkan produksi kopi nasional
antara lain dengan penanganan organisme pengganggu tanaman, pemberian bantuan
alat pengolahan dan pascapanen, pemberian bibit berkualitas serta perbaikan
kebun induk.
Peningkatan produksi dan produktivitas pada areal yang
diremajakan. Dengan menggunakan klon unggul untuk menggantikan tanaman tua atau
tidak produktif dan pemeliharaan kebun secara intensif melalui intensifikasi. Tabel 4.5 akan
menjelaskan perkembangan luas lahan kopi Indonesia.
Sumber
: Direktorat Jendral Perkebunan tahun 1998 – 2017
Pada
tabel 4.5 menjelaskan perkembangan luas lahan kopi Indonesia, dari tahun 1998 –
2017 perkembangan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 11,83
persen. Hal ini terjadi karena pada tahun 2000, pemerintah ingin meningkatkan
ekspor kopi maka lahan kopi diperluas. Perkembangan luas lahan kopi terendah
terjadi pada tahun 2003 sebesar 5,85 persen, hal ini terjadi karena penghasilan
dari kopi kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga masyarakat membuka
lahan baru dan lahan yang seharusnya menjadi lahan kopi diganti dengan tanaman
lain. Sedangkan rata – rata selama tahun 1998 – 2017 perkembangan mata uang
rupiah adalah sebesar 0,40 peren per tahun.
Produksi Kopi Indonesia
Produksi kopi di Indonesia merupakan salah satu
yang terbesar di dunia. Namun Indonesia dinilai masih belum punya arah jelas
dalam pengembangan kopi guna meningkatkan hasil produksinya. Produktivitas kopi
Indonesia yang memiliki lahan perkebunan 1,2 juta hektar masih kalah dibanding
Vietnam yang hanya memiliki luas kebin kopi 630.000 hektar. Produksi kopi
Indonesia 500 kilogram kopi per hektar sementara di Vietnam 2,7 juta ton kopi
per hektar. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin
Nasution pun menyayangkan hal tersebut lantaran saat ini kopi telah menjadi
komoditas penting di tengah masyarakat.
Indonesia semestinya bisa mengungguli produksi
kopi negara penghasil kopi lainnya seperti Brasil, Vietnam, dan
Kolombia. Saat ini Indonesia hanya berada di posisi empat penghasil kopi
terbesar di dunia di belakang Brasil, Vietnam, dan Kolombia. "Untuk itu
pemerintah berupaya untuk menggerakan kepedulian lebih terhadap kopi dengan
cara mengembangkan bibit kopi dengan baik, melakukan penanaman bibit kopi yang
tepat untuk jenis tertentu sesuai dengan keadaan wilayah di Indonesia, dan
memperbaiki produktivitas kopi melalui buku Roadmap Kopi," jelas Darmin.
Produksi kopi di Indonesia memang cukup besar,
pun halnya dengan negara lain seperti Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Namun
demikian, hal itu tak serta merta membuat Indonesia dan tiga negara lainnya
tersebut mendapatkan perolehan pendapatan yang besar atas produksi kopinya. Darmin menjelaskan, produksi kopi di dunia itu
nilainya mencapai 24 miliar dollar AS dengan harga kopi pada tingkat konsumsi
mencapai 240 miliar dollar AS. "Tetapi hanya 10 persen saja yang diperoleh
negara penghasil kopi seperti Indonesia, Vietnam, Brasil, dan Kolombia,"
ucap Darmin. Kecilnya perolehan Indonesia dan negara penghasil kopi lainnya
bukanlah tanpa alasan.
Darmin menjelaskan bahwa selama ini negara-negara
penghasil kopi hanya berhasil mengolah hasil panen menjadi biji kopi.
"Kopi kalau sudah di roaster tidak tahan lama. Akibatnya lahir situasi
kita hanya hasilkan dan mengeringkan dan negara maju yang mengolah lebih banyak
jadi bubuk kopi dengan berbagai teknologi yang sudah maju," terang Darmin.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan produksi kopi Indonesia mengalami
peningkatan sebesar 6,3 persen.
Pemerintah memprediksi bakal ada lesatan
konsumsi kopi domestik dalam beberapa tahun mendatang. Untuk itu, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang
Perekonomian telah menyiapkan beberapa strategi guna mengantisipasi hal itu.
"Pertama kali kan ada jangka pendek, menengah, dan panjang. Yang paling
mudah itu memangkas pohon kopi yang bisa dilakukan dalam dua tahun dari
sekarang," kata Penasihat Kebijakan Kemenko Perekonomian Lin Che Wei.
Kemudian, lanjut Lin Che Wei, strategi berikutnya adalah dengan mengembangkan
keahlian para petani kopi agar bisa berdampak lebih baik terhadap hasil panen.
Hal lain yang akan dilakukan Kemenko Bidang Perekonomian adalah dengan
memisahkan lahan pertanian kopi jenis robusta dan arabika dengan tujuan
meningkatkan produksi kopi menjadi tiga sampai empat kali lipat. Produksi kopi
Indonesia dapat kita lihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Produksi
Kopi Indonesia
Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan
Indonesia Tahun 1998 – 2017
Dari tabel 4.6, dapat dijelaskan bahwa
perkembangan produksi kopi Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar
19,81 persen. Hal ini terjadi karena pada tahun 2002 luas lahan kopi meningkat,
sedangkan produksi kopi terendah terjadi pada tahun 2011, karena pada tahun
2011 masyarakat lebih tertarik untuk menanam komoditi lain ketimbang kopi. Sedangkan rata – rata
selama tahun 1998 – 2017 perkembangan mata uang rupiah adalah sebesar 1,28
peren per tahun.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Nilai Tukar, Inflasi, PDB, Harga Kopi dan Volume Ekspor Kopi
5.1.1 Perkembangan Nilai Tukar
Periode
ekonomi pada masa ini sering dinamakan sebagai periode ekonomi terpimpin,
ketika semua unsur bangsa berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
revolusi. Pada masa ini, perekonomian Indonesia menghadapi masalah
yang lebih berat dibandingkan dengan periode perjuangan kemerdekaan
sebagai akibat dari kebijakan pemerintah lebih mengutamakan kepentingan
politik dibandingkan dengan kepentingan ekonomi.
Nilai
tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan melalui kekuatan
permintaan dan penawaran terhadap mata yang asing yang bersangkutan di pasar
valuta asing. Sistem nilai tukar ini menghendaki tidak adanya campur tangan
pemegang otoritas moneter suatu negara secara formal dalam rangka menstabilkan
atau mengatur nilai tukar mata uangnya. Dengan demikian diharapkan perhatian
pemegang otoritas moneter semakin terfokus pada tanggung jawab pengendalian
moneter dalam negeri, misalnya pengendalian inflasi domestik.
53
|
Sumber : Bank Indonesia, Data Statistik
Indonesia (1998-2017)
PERKEMBANGAN
NILAI TUKAR
|
Dari
tabel 5.7 penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai tukar dari tahun 1998 hingga
tahun 2017 mengalami fluktuasi, nilai rupiah mengalami depresiasi tertinggi
pada tahun 2000 sebesar 3,39 persen, hal ini terjadi karena pada saat itu
ekspor Indonesia mengalami penurunan dan
kebalikannya, impor indonseia semakin tinggi sehingga permintaan kurs dolar
meningkat dan harga dollar menjadi tinggi. sedangkan nilai rupiah mengalami
depresiasi terendah pada tauhun 2002 sebesar -1,83 persen, ini terjadi karena
pada tahun 2002 produsen kopi meningkatkan produksinya sehingga ekspor kembali
meningkat. Sedangkan rata – rata selama tahun 1998 – 2017 perkembangan mata
uang rupiah adalah sebesar 0,29 peren per tahun.
5.1.2 Perkembangan Inflasi Indonesia
Inflasi di Indonesia
diumpamakan seperti suatu penyakit menahun dan sudah berakar di sejarah.
Tingkat inflasi pada beberapa negara tetangga kita seperti malaysia dan kamboja
jauh lebih rendah. Sedangkan tingkat Inflasi di Indonesia cukup tinggi . Sehingga, pada dasarnya kenaikan inflasi membuat warga
semakin miskin, hal ini dikarenakan jika dibandingkan dengan kenaikan
pendapatan seseorang tiap tahun, inflasi masih lebih tinggi. Untuk melihat lebih
jelasnya perkembangan inflasi Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.8 sebagai
berikut.
Sumber : Bank Indonesia, Data Statistik
Indonesia (1998-2017)
Dari
tabel 5.5 Dari penulis dapat menyimpulkan bahwa inflasi dari tahun 1998 hingga
tahun 2017 mengalami fluktuasi, inflasi tertinggi terjadi pada tahun pada tahun
1998 sebesar 77,55 persen, hal ini terjadi karena pada saat itu Indonesia mengalami krisis moneter dan pada tahun 1998
seluruh harga secara umum meningkat. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada
tauhun 1999 sebesar 2,01 persen, ini terjadi karena pada tahun 1999 bank
Indonesia membuat kebijakan moneter dan jumlah uang beredar dikurangi, sehingga
harga secara umum mengalami penurunan. Sedangkan rata – rata selama tahun 1998
– 2017 inflasi indonesia adalah sebesar 10,57 peren per tahun.
5.1.3 Perkembangan PDB Indonesia
Untuk
mendorong keseimbangan itu perlu digerakkan sektor riil agar pertumbuhan
ekonomi bisa dirasakan semua masyarakat.Peran pemerintah dan perbankan dalam
mengelola dan menyalurkan kredit kepada UKM di tahun 2007 cukup tinggi, hal ini
didukung oleh kinerja UKM yang baik dan resiko penyaluran kredit tidak tinggi.
Pemerintah juga melalui Menteri UKM telah membuat kebijakan untuk memberdayakan
pelaku ekonomi UKM dengan membuat paket kredit berkala, peluang ini harus
diambil oleh pihak yang bergerak disektor riil. Sumber
daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas pada tabel 5.9 akan menjelaskan bagaimana perkembangan PDB
Indonesia dari tahun 1998 - 2017 :
Sumber : Bank Indonesia, Data Statistik Indonesia (1998-2017)
Dari
tabel 5.6 dapat jelaskan bahwa Perkembangan PDB Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
fluktuasi, Perkembangan PDB indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar
90,12 persen, karena pada tahun 2009 ekspor Indonesia mengalami peningkatan,
sehingga PDB meningkat dan akan menyebabkan perkembangan PDB menjadi tinggi.
Perkembangan ekonomi indonesia terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar -11,62
persen, karena pada tahun 2007 ekspor Indonesia mengalami penurunan, sehingga
berdampak pada perkembangan PDB indonsia. Sedangkan rata – rata perkembangan
PDB Indonesia pada tahun 1998 – 2017 adalah sebesar 13,43% per tahun.
5.1.4 Perkembangan Harga Kopi di Indonesia
Nilai ekspor kopi indonesia per unit masih dapat dipertahankan di atas
US$ 1/kg. Namun pada masa perdagangan bebas, nilai per unit ekspor kopi dari
Indonesia dan Vietnam seringkali berada di bawah US$ 1/kg. Hal ini antara lain
karena sebagian besar ekspor dari kedua negara tersebut adalah kopi jenis
robusta yang harganya paling rendah dibandingkan dengan jenis lainnya.
Nilai per unit ekspor kopi dari Brasilia, Vietnam, Kolombia dan Meksiko
tampak lebih tinggi karena sebagian besar ekspor dari negara-negara tersebut
berupa kopi arabika yang harganya lebih mahal. Selain itu diduga kualitas kopi
yang diekspor oleh keempat negara tersebut
termasuk kopi. Sedangkan perkembangan volume harga kopi Indonesia dapat
dijelaskan pada tabel 5.10
Sumber : BPS Indonesia, Data Statistik
Indonesia (1998-2017)
Dari
tabel 5.10 dapat jelaskan bahwa perkembangan harga kopi Indonesia dari tahun ke
tahun terus mengalami fluktuasi, Perkembangan harga kopi indonesia tertinggi
terjadi pada tahun 2005 sebesar 72,74 persen, karena pada tahun 2005 permintaan
terhadap kopi tinggi. Perkembangan harga kopi indonesia terendah terjadi pada
tahun 2013 sebesar-37,41 persen, karena pada tahun 2013 banyak negara – negara
lain yang memproduksi kopi, sehingga Indonesia harus menurunkan harga kopi guna
menjaga kestabilan ekspor. Sedangkan rata – rata harga kopi Indonesia dari
tahun 1998 – 2017 sebesar 13,48 persen per tahun.
5.1.5 Perkembangan Volume Ekspor Kopi di Indonesia
ke Amerika Serikat
Volume
ekspor kopi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat penawaran kopi di
Indonesia dan permintaan dipasar internasional. Hal ini disebabkan karena
tingkat harga berpengaruh positif terhadap ekspor. Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan
bahwa ekspor kopi Indonesia sebagian
besar adalah ke Amerika Serikat, sebaliknya Indonesia juga merupakan pengekspor
kopi terbesar bagi Amerika Serikat dapat dikatakan bahwa saat ini
ketergantungan kebutuhan Amerika Serikat akan kopi Indonesia begitu besarnya,
sehingga dengan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi
Indonesia ke Amerika Serikat, maka hal ini akan dapat mewakili seluruh
permasalahan ekspor kopi Indonesia. perkembangan ekspor kopi Indonesia ke
Amerika Serikat dapat dijelaskan pada tabel 5.11 sebagai berikut.
|
5.2 Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat
5.2.1 Hasil Regresi
Untuk
menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat, digunakan analisis
regresi berganda dimana variabel dependen dalam penelitian ini adalah ekspor
kopi dan variabel independennya adalah nilai Kurs, Inflasi, PDB dan volume
harga kopi pada tahun 1998 – 2017. Berdasarkan regresi linier berganda dengan
data yang ada, maka diperoleh hasil analisis regresi dengan cara penerapan Ordinary
Least Square dengan menggunakan program E-Views 7.
Dependent Variable: EK
|
|
|
||
Method: Least Squares
|
|
|
||
Sample: 1998 2017
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
-3.185795
|
2.981856
|
-1.068393
|
0.3022
|
LogNT
|
2.409337
|
1.018349
|
2.365923
|
0.0319
|
INF
|
-0.008740
|
0.003384
|
-2.582633
|
0.0208
|
LogPDB
|
0.811483
|
0.309420
|
2.622597
|
0.0192
|
LogHK
|
0.728652
|
0.063030
|
11.56043
|
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.950524
|
Mean dependent var
|
4.393530
|
|
Adjusted R-squared
|
0.937330
|
S.D. dependent var
|
0.862592
|
|
S.E. of regression
|
0.215941
|
Akaike info criterion
|
-0.015305
|
|
Sum squared resid
|
0.699458
|
Schwarz criterion
|
0.233628
|
|
Log likelihood
|
5.153047
|
Hannan-Quinn criter.
|
0.033290
|
|
F-statistic
|
72.04386
|
Durbin-Watson stat
|
1.719924
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
: Data olahan sekunder
Pada regresi berganda, terdapat satu variabel terikat (Dependen) dan
terdapat dua atau lebih variabel bebas (Independen). Adapun persamaan regresi
berganda yang didapat setelah dilakukan pengolahan menggunakan perangkat lunak
e-views7, didapat hasilnya sebagai berikut :
EK =
-3.1857 + 2.4093LogNT - 0.0087INF + 0.8114LogPDB + 0.7286LogHK
(0.031) (0.020) (0.019) (0.000)
R2 =
0.95
F – statistik = 72.04
D-W = 1.71
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel – variabel
independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi α = 0,05. jika
Prob(F-statistik) < α maka seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap
ekspor kopi ke Amerika Serikat. Berdasarkan hasil regresi diperoleh Prob
(F-statistik) sebesar 0.00001 < 0,05. Artinya variabel nilai tukar, inflasi,
PDB dan harga kopi berpengaruh secara bersama – sama terhadap Ekspor Kopi
Indonesia ke Amerika Serikat pada tingkat kepercaaan sebesar 95%.
1.
Nilai Tukar
Melalui hasil regresi menggunakan perangkat lunak E-views7
di peroleh nilai t-hitung sebesar 2,36, dengan tingkat kepercayaan (α=5%) df=
18 untuk pengujian diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat dilihat bahwa
nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,36 > 2,10). Artinya nilai tukar
berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kopi Indonesia ke Amerika serikat.
2.
Inflasi
Melalui
hasil regresi menggunakan perangkat lunak E-views7 di peroleh nilai t-hitung
sebesar 2,58, dengan tingkat kepercayaan (α=5%) df= 18 untuk pengujian
diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung lebih
besar dari t-tabel (2,58 > 2,10). Artinya inflasi berpengaruh signifikan
terhadap Ekspor kopi Indonesia ke Amerika serikat.
3.
Pendapan Domestik Bruto
Melalui hasil regresi menggunakan perangkat lunak
E-views7 di peroleh nilai t-hitung sebesar 2,62, dengan tingkat kepercayaan
(α=5%) df= 18 untuk pengujian diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat
dilihat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,62 > 2,10). Artinya
PDB berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kopi Indonesia ke Amerika serikat.
4.
Harga Kopi
Melalui hasil regresi menggunakan perangkat lunak
E-views7 di peroleh nilai t-hitung sebesar 11,56, dengan tingkat kepercayaan
(α=5%) df= 18 untuk pengujian diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat
dilihat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (11,56 > 2,10).
Artinya harga kopi berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kopi Indonesia ke
Amerika serikat.
(c) Koefisien Determinan (R2)
Analisis koefisien determinan (R2) digunakan
untuk melihat berapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Dari hasil regresi diperoleh
nilai R2 = 0.95 persen, Artinya variabel Nilai tukar, Inflasi, PDB,
dan Harga kopi selama periode penelitian memiliki pengaruh yang sangat besar,
dengan nilai persentasenya sebesaar 95 persen, dan sisanya 5 persen adalah
variabel – variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
1.
Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan yang kuat antara variabel
independen dari satu model estimasi. Suatu persamaan dikatakan mengandung
multikolinieritas apabila nilai koefisien determinan (R2) tinggi,
sedangkan uji t-statistik tidak satupun yang signifikan, namun uji
F-statistik signifikan. Dari hasil
regresi dengan uji-t menunjukan hanya tidak ada variabel yang tidak signifikan,
sedngkan uji F statistik signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model estimasi ini tidak mengandung masalah multikolinieritas.
2.
Autokorelasi
Autokorelasi adalah salah satu penyimpangan model klasik
yang disebabkan oleh keterkaitan data observasi sebuah variabel. Dalam
pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan cara menguji tabel Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Testdengan membandingkan
probabilita Chi-Square dengan α = 5%. Jika probabilita Chi-Square < α, maka
data ini memiliki masalah pada autokorelasi, namun jika probabilita Chi-Square
> α, maka data ini terbebas dari masalah autokorelasi.
F-statistic
|
1.432160
|
Prob. F(2,13)
|
0.2741
|
|
Obs*R-squared
|
3.611022
|
Prob. Chi-Square(2)
|
0.1644
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
: Data Olahan Sekunder
Berdasarkan hasil regresi probabilita Chi-Square > α,
maka dapat di simpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak
memiliki masalah Autokorelasi. Dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%.
(a). Konstanta
Berdasarkan
hasil regresi, dan selanjutnya dilakukan analisis ekonomi. Dalam persamaan
regresi beganda tersebut diperoleh konstanta sebesar -3.18.
nilai ini mempunyai arti ekspor kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat
selama periode penelitian rata – rata mengalami penurunan sebesar 3.18 persen,
dengan asumsi variabel Independen selama periode penelitian tidak berubah.
(b). Nilai Tukar
Nilai koefisien nilai tukar adalah 2.40,
hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel nilai tukar
terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika nilai
tukar mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia
ke negara Amerika Serikat akan
peningkatan sebesar 2.4 persen. Dengan asumsi variabel Inflasi, variabel PDB
dan Harga kopi tidak berubah. Karena
jika nilai tukar meningkat atau terjadi depresiasi terhadap rupiah, maka harga
kopi internasional akan murah, sehingga permintaan kopi di Indonesia akan meningkat dan ekspor kopi akan
meningkat.
(c). Inflasi
Nilai koefisien nilai tukar adalah - 0.008,
hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara variabel inflasi terhadap
ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika inflasi mengalami
peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia ke negara Amerika Serikat akan turun sebesar 0,008
persen. Dengan asumsi variabel nilai tukar, PDB dan Harga kopi tidak berubah
selama penelitian. Karena jika terjadi inflasi didalam negeri maka semua barang
akan mahal dan biaya produksi akan meningkat, sehingga jumlah ekspor kopi
terjadi penurunan.
(d). Produk Domestik Bruto
Nilai koefisien nilai tukar adalah 0,81, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara
variabel PDB terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika
PDB mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia
ke negara Amerika Serikat akan
peningkatan sebesar 0,81 persen. Dengan asumsi variabel nilai tukar, Inflasi
dan Harga kopi tidak berubah. karena
jika terjadi peningktan tehadap ekspor kopi akan terjadi peningkatan dalam
neraca pembayaran sehingga PDB akan meningkat.
(e) Harga Kopi
Nilai koefisien nilai tukar adalah 0,72,
hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel harga kopi terhadap
ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika harga kopi
mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia
ke negara Amerika Serikat akan
peningkatan sebesar 0,72 persen. Dengan asumsi variabel Inflasi, variabel PDB
dan PDB tidak berubah. karena jika harga kopi
meningkat akan semakin banyak kopi yang ditawarkan sehingga jumlah ekspor kopi
akan meningkat.
|
|
BAB VI
1. Berdasarkan pembahasan yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya, perkembangan nilai tukar, inflasi, PDB, harga
kopi dan ekspor kopi cenderung berfluktuasi.
2. Berdasarkan hasil perhitungan variabel nilai tukar, inflasi,
PDB dan harga kopi berpengaruh signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia ke
Amerika Serikat, hal ini terlihat dari t-hitung > t-tabel.
1. Pemerintah
dan eksportir harus terus berupaya mencari cara agar nilai tukar, inflasi, PDB
dan harga kopi tidak terjadi fluktuasi yang
sangat tinggi, sehingga dapat meningkatkan ekspor kopi di Indonesia.
2.
Pemerintah harus mengambil
kebijakan agar nilai tukar, inflasi, PDB dan harga kopi tetap stabil, sehingga
ekspor kopi terus mengalami peningkatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Apridar. 2012. Ekonomi
Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia 2018.
BPS. Jakarta.
Boediono. 2000. Ekonomi Moneter, BPFE: Yogyakarta
Dajan Anton. 2008. Pengantar Metode Statistik Jilid 1.
Jakarta : PT Pusaka LP3ES Indonesia
Diah
Fitri, Ida Ayu dan Pt Purbadharmaja, Ida Bagus.(2015).Pengaruh Kurs Dollar
Amerika, Jumlah Produksi dan Luas Lahan pada Volume Ekspor Lada Indonesia.
E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4, No. 5, Mei 2015
Griffin, R. W., & Pustay, M. W. 2015. Bisnis Internasional: Sebuah Perspektif
Gujarati,
D. N., & Porter, D. C. 2015. Dasar-dasar Ekonometrika.
Jakarta: Salemba Empat.
Haryadi.
2015. Ekonomi Internasional. Jambi:
Biografika
Hamdani.
2012. Ekspor Impor Tingkat Dasar.
Jakarta : Bushindo
Junaidi,
J. 2015. Bentuk Fungsional Regresi Linier
(Aplikasi Model Dengan Program SPSS). Jambi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Kusuma
Dewi, A A Putri dan Suresmiathi, Dewi.2015.Pengaruh Jumlah Produksi, Kurs
Dollar Amerika Serikat Dan Luas Areal Lahan Terhadap Ekspor Karet Indonesia
Tahun 1993-2013.E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4, No. 2,
Februari 2015
Latumaerisa,
Julius R. 2015. Perekonomian Indonesia dan
Dinamika Ekonomi Global. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Mankiew,
Greogory N. 2009. Makro Ekonomi: Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Musadieq,
M. Al dan Soviandre Edo.2014. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor
Kopi Dari Indonesia ke Amerika Serikat (Studi pada Volume Ekspor Kopi Periode
Tahun 2010-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 14 No. 2 September 2014
Nopirin. 2011. Ekonomi
Internasional. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
Salvatore. 2014. Ekonomi
Internasional. Jakarta: Erlangga
Saragih,
Ferdinand. & Nugroho, B Yuliarto. 2014. Dasar
Dasar Keuangan Internasional. Kharisma Putra Utama
Offset:
Sasono, H. B. 2013. Manajemen Ekspor dan Perdagangan Internasional.
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Sukirno,
Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori
Pengantar. Jakarta : Erlangga
Sugiarto, dkk. 2007. Ekonomi Mikro. Jakarta : Gramedia Pusaka
Utama
Supranto J. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta :
PT. Gelora Aksa Pratama
Utomo,
Y. P. 2015. Eksplorasi Data & Analisis
Regresi Dengan SPSS. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Tan,Syamsurijal.
2014. Perdagangan Internasional (Teori
dan Beberapa Aplikasinya). FE UNJA
Todaro,
Michael P. and Smith, Stephen C. 2015. Economic
Development, Twelfth
Edition. Boston: Pearson Addison Wesley
Yunita,Rina.
2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar dan Impor Terhadap Cadangan Devisa
Indonesia. Universitas Jambi
Yustika,
Ahmad Erani. 2009. Ekonomi Politik: Kajian Teoritis dan Analisis Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zuhdi,
F., & Suharno. (2015). Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dan
Vietnam di Pasar ASEAN 5. Habitat , 152-162
Lampiran
– 2
Dependent
Variable: XK
|
|
|
||
Method:
Least Squares
|
|
|
||
Date:
07/15/18 Time: 13:32
|
|
|
||
Sample:
1998 2017
|
|
|
||
Included
observations: 20
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
-3.185795
|
2.981856
|
-1.068393
|
0.3022
|
LogNT
|
2.409337
|
1.018349
|
2.365923
|
0.0319
|
INF
|
-0.008740
|
0.003384
|
-2.582633
|
0.0208
|
LogPDB
|
0.811483
|
0.309420
|
2.622597
|
0.0192
|
LogHK
|
0.728652
|
0.063030
|
11.56043
|
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.950524
|
Mean
dependent var
|
4.393530
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.937330
|
S.D.
dependent var
|
0.862592
|
|
S.E.
of regression
|
0.215941
|
Akaike
info criterion
|
-0.015305
|
|
Sum
squared resid
|
0.699458
|
Schwarz
criterion
|
0.233628
|
|
Log
likelihood
|
5.153047
|
Hannan-Quinn
criter.
|
0.033290
|
|
F-statistic
|
72.04386
|
Durbin-Watson
stat
|
1.719924
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
: Data Olahan Sekunder
Lampiran
– 3
Tabel 5.4 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
F-statistic
|
1.432160
|
Prob.
F(2,13)
|
0.2741
|
|
Obs*R-squared
|
3.611022
|
Prob.
Chi-Square(2)
|
0.1644
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Olahan Sekunder
No comments:
Post a Comment