Saturday, March 2, 2019

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR INDONESIA


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1       Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, artinya bahwa negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dengan pihak luar negeri atau yang sering disebut dengan perdagangan internasional yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan serta memenuhi kebutuhan dalam negeri. Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan selera atau pola konsumsi antar negara, dan timbulnya perdagangan internasional terutama sekali karena suatu negara bisa menghasilkan barang tertentu secara lebih efisien daripada negara lain (Boediono, 1993).
Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, sangat mengandalkan kegiatan perdagangan internasional untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu kegiatan perdagangan internasional juga sangat penting untuk memacu industri dalam negeri (Dumairy, 1996). Indonesia merupakan negara yang sejak lama telah melakukan perdagangan internasional. Peningkatan ekspor baik jumlah maupun jenis barang atau jasa selalu diupayakan atau digalakkan dengan berbagai strategi diantaranya adalah pengembangan ekspor. Tujuan dari program pengembangan ekspor ini adalah mendukung upaya peningkatan daya saing global produk  Indonesia serta meningkatkan  peranan ekspor dalam memacu pertumbuhan ekonomi. 
Indonesia salah satu negara pemasok ekspor migas dan nonmigas di pasar dunia. Tidak kurang dari 140 negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia. Dari data statistik yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), hampir 5.000 macam produk dari Indonesia masuk ke pasar negaranegara tersebut (Kementerian Perdagangan). Dalam transaksi perdagangan internasional hal yang paling penting adalah sisi impor dan ekspor. Salah satunya adalah ekspor. Indonesia merupakan daerah subtropis yang potensial untuk pengembangan komoditas primer perkebunan.
Salah satu komoditas primer perkebunan utama Indonesia yaitu kopi. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor andalan pekebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa, kopi merupakan komoditias global bernilai ekonomi tinggi dan salah satu bahan minuman paling popular di dunia. Perkembangan volume ekspor komoditas primer perkebunan berupa kopi pada tahun 2010 sebesar 433.6 ribu ton, sedangkan pada tahun 2013 volume ekspor kopi meningkat sebesar 534.0 ribu ton.
Menikmati kopi kini tak lagi sekadar pelepas dahaga atau pemompa semangat di pagi hari. Seiring berkembangnya kedai kopi bergaya modern, minum kopi pun jadi gaya hidup tersendiri bagi kalangan tertentu. Namun, perjalanan kopi tak sesingkat yang dibayangkan. Trish Rothgeb, co-founder dan roastmaster dari Wrecking Ball Coffee Roaster mengungkapkan, perkembangan aktivitas pengolahan dan konsumsi kopi selama ini bisa dikelompokkan ke dalam tiga gelombang.

Gelombang pertama diawali pada tahun 1800-an. Pada era inilah lahir sebuah inovasi yang dinamakan kopi instan. Berbagai produsen berlomba menciptakan inovasi untuk memudahkan konsumen menikmati kopi. Hanya saja, produksi massal dan kepraktisan penyajian pada gelombang pertama dinilai telah mengorbankan kualitas rasa dari kopi itu sendiri. Dipicu oleh kekecewaan atas kualitas kopi pada gelombang pertama, penikmat kopi lalu mulai menaruh perhatian lebih kepada asal-usul kopi yang mereka minum, serta proses pengolahannya. Ritual minum kopi mendadak bergeser makna menjadi sebuah pengalaman yang dikaitkan dengan kehidupan sosial.
Keberadaan kafe mulai menjamuri kota-kota besar, seiring dengan perkembangan franchise kedai kopi Starbucks. Gelombang kedua ini pula yang bertanggung jawab dalam mengenalkan minuman kopi berbasis espresso kepada dunia.  Namun, saat kedai kopi modern mulai terjebak untuk terus mengembangkan pembuatan coffee latte dan macchiato dengan takaran susu dan krim berlebihan, seketika muncul generasi baru yang ingin menikmati kopi dengan teknik pembuatan terbaik.
Generasi yang terobsesi dengan kenikmatan asli secangkir kopi, ketimbang kenyamanan dan keramahtamahan sebuah kafe.  Seperti wine, kopi lalu mulai dikategorikan sebagai minuman artisan. Para barista dituntut untuk bisa memberikan pilihan kopi dengan beraneka intensitas tingkat keasaman, dari masing-masing karakter biji kopi yang berbeda.  Di masa gelombang ketiga atau third wave of coffee inilah muncul istilah seperti single origin, dan juga manual brewing (racik sendiri).
Moelyono Soesilo, Ketua Departemen Specialty & Industri Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), menerangkan, manual brewing adalah istilah yang belakangan muncul untuk membedakan hasil seduhan kopi menggunakan mesin dengan seduhan hasil tangan manusia. Saat ini pun telah bermunculan alat-alat seduh manual yang dapat memudahkan setiap orang untuk menyeduh kopinya sendiri, kapanpun, dimanapun, termasuk di rumah, seperti pour over atau coffee drip, french press atau plunger juga syphon.
Kendati demikian, Agung Yuwandono, barista dari East Indische Koffie, Jakarta, tidak menyarankan penggunaan syphon bagi pemula atau penyuka kopi yang ingin mencoba menyeduh kopinya sendiri di rumah.  Pasalnya, kata Agung, dibutuhkan ketepatan waktu yang tinggi saat menggunakan syphon. Syphon sendiri bekerja dengan teknik suction. Artinya, kopi akan dibasahi dengan uap panas yang muncul saat memasak air yang ada di wadah paling bawah.
Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari familia Rubiaceae. Tanaman kopi, yang umunya berasal dari benua Afrika, termasuk familia Rubiaceae dan jenis Coffea. Kopi mempunyai banyak varietas. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi (ICO, 2013). Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua  Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bahwa ekspor kopi Indonesia sebagian besar adalah ke Amerika Serikat, sebaliknya Indonesia juga merupakan pengekspor kopi terbesar bagi Amerika Serikat dapat dikatakan bahwa saat ini ketergantungan kebutuhan Amerika Serikat akan kopi Indonesia begitu besarnya, sehingga dengan memahami faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat, maka hal ini akan dapat mewakili seluruh permasalahan ekspor kopi Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat.
Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari familia Rubiaceae. Tanaman kopi, yang umunya berasal dari benua Afrika, termasuk familia Rubiaceae dan jenis Coffea. Kopi mempunyai banyak varietas. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi (ICO, 2013). Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua  Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bahwa ekspor kopi Indonesia sebagian besar adalah ke Amerika Serikat, sebaliknya Indonesia juga merupakan pengekspor kopi terbesar bagi Amerika Serikat dapat dikatakan bahwa saat ini ketergantungan kebutuhan Amerika Serikat akan kopi Indonesia begitu besarnya, sehingga dengan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat, maka hal ini akan dapat mewakili seluruh permasalahan ekspor kopi Indonesia.
Perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat dapat digambarkan dalam beberpa tahun terakhir, pada tahun 2013 jumlah ekpsor kopi Indonesia adalah sebesar 66.138,10 ton turun 5% dari tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan ekspor kopi ke Amerika Serikat sebanyak 11%. Pada tahun 2015 ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat mengalami peningkatan sebesar 12% dan kembali turun 24 persen pada tahun 2016 kemudian kembali meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah perkembangan sebesar 13%.
 Penetapan harga suatu produk atau jasa tergantung dari tujuan perusahaan atau penjual yang memasarkan produk tersebut Kopi ekspor Indonesia kalah bersaing dalam hal kualitas, Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu antara lain  kebijakan standarisasi dan pengawasan mutu kopi. Standarisasi mutu  tersebut terus ditingkatkan, dan  hasilnya  adalah bahwa pangsa  pasar kopi untuk mutu tinggi menjadi 11.65 % dan mutu sedang 70,8%.  Sementara kopi yang berkualitas rendah turun menjadi 17,5%.
Harga kopi dunia dan harga kopi Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2000- 2007. Mulai tahun 2005 harga kopi dunia mengalami penurunan sampai tahun 2007 sebesar 13,32 Us cents/lb, harga kopi tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 1291,97 US cents /lb dan terendah terjadi pada tahun 2007  809.17US cents/lb. Dari tabel dapat juga dilihat perbandingan harga kopi dunia dengan harga kopi ekspor Indonesia, adanya perbedaan harga yang jauh dimana harga kopi Indonesia tertinggi hanya menyentuh harga 116,07 US cents/lb pada tahun 2007 dan harga kopi dunia sampai menyentuh harga 1291,97 US cents/lb, perbedaan harga yang jauh inilah yang menjadi keunggulan dari kopi Indonesia.  
Penurunan harga suatu komoditi dapat membawa akibat pada rumah tangga dalam dua cara. Pertama, oleh karena harga relatif komoditi itu berubah, orang cenderung terangsang untuk membeli banyak komoditi tersebut karena sekarang lebih murah. Kedua, pendapatan riel rumah tangga naik, ia dapat membeli semua komoditi lebih banyak. Kenaikan pendapatan riil ini merangsangnya untuk membeli jumlah kombinasi yang berbeda semua barang , Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menggeser kurva permintaan untuk kebanyakan komoditi kearah kanan.
Ini menunjukkan bahwa akan lebih banyak komoditi itu yang akan diminta pada setiap harga yang mungkin, jika pendapatan rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar, maka mereka dapat diperkirakan akan membeli lebih banyak beberapa komoditi, walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya ekspor kopi di Indonesia ke Amerika Serikat, diantaranya kurs, inflasi, PDB dan harga kopi internasional.
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah
inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum megalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Kenaikan harga yang bersifat sementara eperti kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi, karena disaat setelah masa lebaran, harga-harga dapat turun kembali. Inflasi secara umum dapat terjadi karena jumlah uang beredar lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan dengan tuntas. Usaha-usaha yang dilakukan biasanya hanya sampai sebatas mengurangi dan mengendalikannya.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981). Produk Nasional Bruto (GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja.
Harga adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga penawaran adalah harga yang bersedia dibayar oleh pialang atau pelaku pasar atas suatu produk sekuritas, seperti saham atau obligasi, pada waktu tertentu. Di pasar real estat, harga penawaran adalah harga yang ditawarkan pembeli untuk membayar suatu properti. tujuan dari penetapan suatu harga adalah untuk mencapai target perusahaan, mendapatkan laba dari penjualan, meningkatkan serta mengembangkan produksi produk, serta meluaskan target pemasaran.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia Ke Amerika Serikat”.

1.2       Rumusan Masalah

Amerika Serikat merupakan pengkonsumsi kopi terbesar di dunia hal ini menjadi alasan mengapa Amerika menjadi pasar potensial bagi ekspor kopi Indonesia. Salah satu komoditas primer perkebunan utama Indonesia yaitu kopi. Permintaan ekspor kopi dari Indonesia ke berbagai negara cukup fluktuatif, salah satu negara yang mengimpor kopi terbesar di Indonesia adalah Amerika Serikat,sebab dibandingkan dengan negara – negara lain, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah peminat kopi yang besar. Mengingat Amerika Serikat sebagai negara pengkonsumsi kopi terbesar di dunia, maka Amerika serikat merupakan pasar potensial bagi Indonesia untuk mengekspor kopi. sehingga diperlukan penelitian yang dapat membuktikan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat.
Dari berbagai fenomena yang telah terjadi, yang menjadi masalah dalam penellitan ini Adalah :
1.      Bagaimana perkembangan kurs, inflasi, PDB, harga kopi internasional dan ekspor Kopi ke Amerika  Serikat dalam periode 1998 – 2017.
2.      Faktor apa yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat dalam periode 1998 – 2017.

1.3      Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan kurs, inflasi, PDB, Harga kopi internasional dan ekspor kopi Indonesia ke  Amerika Serikat dalam periode 1998 – 2017.
2.      Untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor yang  mempengaruhi ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat dalam periode 1998 – 2017.

1.4       Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Praktisi : Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi eksportir kopi Indonesia, dalam upaya menaikkan kulitas, jumlah dan penawaran ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat
2.      Akademisi : Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pelengkap dan menambah pengetahuan tentang penelitian ekonomi, khususnya mengenai perdagangan ekspor kopi Indonesia.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1       Teori Penawaran

Penawaran adalah gambaran atas hubungan-hubungan antara aspek-aspek yang ada dalam pasar. hubungan-hubungan tersebut terdiri dari para calon pembeli dan penjual akan suatu barang. modal penawaran digunakan untuk menentukan harga dan kualitas barang yangakan di jual di pasara. Model ini sangat penting untuk melakukan kegiatan analisis dalam tingkat ekenomi mikro akan perilaku dan interaksi para pembeli dan penjual.
Variabel jumlah barang dan tingkat harga dalam konsep penawaran ini menunjukkan adanya saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Variabel harga merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, biasa disebut sebagai variabel bebas, atau independent variable. Sedangkan variabel jumlah barang dan jasa merupakan variabel yang dipengaruhi oleh tingkat harga, biasa disebut variabel terikat atau dependent variable.
11
Menurut Hanafie (2010), penawaran (supply) mempunyai arti jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu, ceteris paribus. Penawaran menunjukkan jumlah (maksimum) yang mau dijual pada berbagai tingkat harga atau berapa harga (minimum) yang masih mendorong penjual untuk menawarkan berbagai jumlah dari suatu barang.
Menurut Hanafie (2010) Faktor – faktoryang mempengaruhi penawaran adalah Harga barang itu sendiri, Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran. Harga barang lain yang terkait, Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang, atau sebaliknya.
Harga faktor produksi, Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penwaran barang. Biaya produksi, Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang berkurang.
Teknologi produksi, Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang. Jumlah pedagang/penjual,Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah. Tujuan perusahaan, Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba buka hasil produksinya.
Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum.Kebijakan pemerintah, Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor menyebabkan supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningktakan penawaran.
Hukum dari kurva penawaran adalah “Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.”Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai: “suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”.

Tabel 2.1 Kurva penawaran


Pergerakan kurva penawaran merupakan pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva penawaran yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan harga produk tersebut. Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang kurva penawaran adalah karena perubahan harga produk yang bersangkutan. Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Penawaran, yaitu ketika harga barang naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah, sehingga titik pada kurva penawaran akan bergerak ke kanan.

2.2       Teori Perdagangan Internasional

Perdaganngan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara ataulintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional terjadi karena setiap negara tidak memenuhi semua kebutuhan dari hasil produksi dalam negaranya sendiri sehingga diperlukan transaksi perdagangan. Hal ini  terjadi karena setiap negara dengan mitra dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan  kandungan sumberdaya alam, modal, sumberdaya manusia, teknologi, konfigurasi geografis, struktur ekonomi dan lain sebagainya.
Dari perbedaan tersebut, maka  atas dasar saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional (Halwani, 2003). Karena setiap negara berbeda dengan negara lainnya di tinjau dari sumberdaya alamnya, iklimnya, letak geografinya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Hal ini memungkinkan karena ada barang yang hanya dapat diproduksi  di daerah dan iklim tertentu, atau karena suatu negara mempunyai kombinasi faktor-faktor produksi lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara itu dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing (Amir M.S. 2000). 
Pada dasarnya, perdagangan internasional bisa terjadi apabila kedua belah pihak memperoleh manfaat atau keuntungan dalam perdagangan tersebut. Perdagangn internasional menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang pada setiap negara untuk mengkspor barang-barang yang faktor produksinya langka atau mahal jika diproduksi dalam negari.

2.3       Teori Ekspor

            Menurut Curry (2001) ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing untuk ditukarkan dengan barang lain (produk,uang). Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.Perkembangan ekspor dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif.
            Inti daripada paradigma keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu negara di dalam persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif (teori-teori klasik dan H-O) yang dimilikinya dan juga karena adanya proteksi atau bantuanfasilitas dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya.Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu negara, tetapi juga dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut secara individu atau kelompok. Perbedaan lainnya dengan keunggulan komparatif adalah, bahwa keunggulan kompetitif sifatnya lebih dinamis dengan perubahan-perubahan, misalnya teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001 ).
Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003). Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah Negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Priadi, 2000).
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah out put dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000). Selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim ke luar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara langsung ekspor memperbesar output industri-industri itu sendiri, dan secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk mempergunakan faktor produksinya.
Misalnya modal, dan juga menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional. Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri.
Cita rasa masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor sesuatu negara. Secara umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sadono Sukirno, 2008).      
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Banyak ahli ekonomi menganggap bahwa perdagangan internasional sebagai suatu keseimbangan kemampuan produksi internal dengan permintaan di datam negeri. Sekiranya rakyat suatu negara lebih banyak meminta produk tertentu melebihi kemampuan produksinya sendiri, maka kekurangannya akan dipenuhi dengan mengimpornya. Begitu juga terjadinya ekspor, sekiranya jumlah konsumsi produk yang dihasilkan lebih kecil, berarti kelebihannya merupakan produk yang dapat diekspor. (Bachrawi, 2004).

2.4       Teori Penawaran Ekspor

            Penawaran suatu komoditas baik berupa barang maupun jasa adalah jumlah yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar padatingkat harga dan waktu tertentu. Jumlah yang ditawarkan menunjuk pada arus penjualan yang terus menerus. Menurut Lipsey 1995, faktor- faktor yang memengaruhi penawaranekspor suatu komoditas yaitu, Harga komoditas tersebut Harga sejumlah komoditas mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah komoditas yang ditawarkan yaitu semakin tinggi harganya semakin besar pula jumlah komoditas yang ditawarkan, cateris paribus.Harga komoditas lain: substitusi dan komplementer Perubahan harga komoditas substitusi akan mempengaruhi jumlahpenawaran pada komoditas yang bersangkutan.
Harga faktor produksi Harga faktor produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan olehperusahaan. Perubahan harga faktor produksi akan memengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, jika harga faktor produksi naik.. Penggunaanteknologi baru mengakibatkan efisiensi waktu, tenaga, dan modal meningkat dimana peningkatan tersebut berasal dari peningkatan penerimaan dan penurunanbiaya pada penggunaan faktor produksi yang sama. Jumlah volume ekspor merupakan selisih antara jumlah penawaran ekspordikurangi dengan konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan. Kurva penawaran ekspor dapat dijelaskan dalam tabel 2.2

Tabel 2.2 Kurva Penawaran Ekspor



Pergerakan kurva penawaran ekspor merupakan pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva penawaran ekspor  diakibatkan oleh berubahnya jumlah produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan harga produk tersebut. Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang kurva penawaran ekspor adalah karena perubahan harga produk yang bersangkutan. Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Penawaran, yaitu ketika harga barang naik, maka jumlah barang yang diekspor akan bertambah, sehingga titik pada kurva penawaran ekspor akan bergerak ke kanan.

2.5       Hubungan Masing – Masing Variabel


2.5.1    Hubungan Nilai Tukar dengan Ekspor
Nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga akan berdampak pada real output dari negara tersebut yang pada gilirannya akan mempengaruhi cash flow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan tersebut. Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan, dapat mempengaruhi perilaku nilai tukar melalui mekanisme permintaan uang berdasarkan model penentuan nilai tukar oleh ahli moneter
Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali dalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia yang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh pemegang otoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai tukar menyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan pengaruh-pengaruh dari luar.
Untuk mengurangi tekanan terhadap Rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula.
Pendekatan moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi karena ketidak seimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara permintaan uang dengan penawaran uang (jumlah uang beredar).
Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs adalah pendekatan moneter. Dengan pendekatan moneter maka diteliti pengaruh variabel jumlah uang beredar dalam arti luas, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, dan variabel perubahan harga. Dipakainya dollar Amerika sebagai pembanding, karena dollar Amerika merupakan mata uang yang kuat dan Amerika merupakan partner dagang yang dominan di Indonesia. Konsep penentuan kurs diawali dengan konsep Purchasing Power Parity (PPP), kemudian berkembang konsep dengan pendekatan neraca pembayaran (balance of payment theory).
Transaksi ekspor merupakan transaksi penjualan barang dan jasa dari Indonesia ke luar negeri yang berakibat pada adanya pembayaran dari pembeli di luar negeri. Hal ini berarti akan terdapat uang masuk ke Indonesia dalam mata uang asing. Pada saat eksporti menerima pembayaran tersebut maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh eksportir adalah menukarkan uang asing yang diperolehnya menjadi rupiah agar dapat digunakan lagi menjadi modal membeli bahan baku, dan lain-lain. Pada saat nilai tukar rupiah melemah maka jumlah rupiah yang akan diterima eksportir  menjadi lebih banyak dibandingkan menggunakan nilai tukar sebelumnya.
Secara makro dapat dikatakan bahwa kegiatan ekspor akan menjadi lebih menarik dan menguntungkan bagi perekonomian karena akan menambah jumlah transaksi ekonomi di dalam negeri dan menambah minat dunia usaha untuk meningkatkan ekspor ke luar negeri. Jadi dapat disimpulkan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah atau meningkatnya kurs dollar dapat meningkatkan ekspor dan perekonomian dalam negeri. Namun sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat atau kurs dolar melemah maka akan menurunkan ekspor dan perekonomian dalam negeri.
2.5.2    Hubungan Inflasi dengan Ekspor
Inflasi adalah naiknya harga-harga umum di pasar barang.Inilah alasannya kenapa pemerintah memberlakukan uang ketat yang dimaksudkan untuk menekan laju inflasi.Kebijaksanaan fiskal dan moneter juga tidak ada pengaruhnya terhadap output dan employment. Penyebab dari inflasi adalah kenaikan biaya produksi dan kenaikan permintaan.
Inflasi karena Kenaikan Permintaan (Demand Pull Inflation) Inflasi semacam ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Adapun dalam hal ini, peningkatam permintaan masyarakat itu terjadi secara agregat (aggregate demand). Permintaan yang meningkat ini terjadi karena peningkatan permintaan barang untuk diekspor, peningkatan permintaan barang bagi keperluan swasta serta peningkatan belanja pemerintah.
Akibat kenaikan permintaan masyarakat ini, harga-harga menjadi naik sebab penawaran masih tetap.Inflasi karena biaya produksi (Cos Pull Inflation)Inflasi semacam ini terjadi sebab adanya kenaikan biaya produksi. Adapun kenaikan biaya produksi disebabkan kenaikan harga-harga bahan baku, contohnya karena kenaikan harga bahan bakar minyak. keberhasilan serikat buruh untuk menaikkan upah, dan lain sebagainya.
Inflasi yang terkendali bisa meningatkan kegiatan perekonomian, jadi ternyata inflasi tidak selalu berdampak buruk untuk perekonomian, Di bawah ini dampak-dampak inflasi terhadap kegiatan dan kondisi perekonomian masyarakat.Dampak inflasi terhadap pendapatan adalah bisa mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan bisa bersifat merugikan atau menguntungkan. Pada beberapa keadaan, inflasi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu inflasi bisa membantu pengusaha menambah kapasitas produksinya.
Dengan begitu, akan tumbuh lapangan kerja baru serta bertambahnya penghasilan seseorang. Tetapi, bagi masyarakat yang berpendapatan tetap inflasi akan mengakibatkan mereka rugi karena pendapatan yang tetap itu bila ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.Dampak Inflasi terhadap Ekspor : Pada kondisi inflasi, daya saing untuk barang ekspor menjadi berkurang. Penyebab berkurangnya daya saing ini adalah harga barang ekspor yang semakin mahal. Selain itu, inflasi bisa menyulitkan negara dan para eksportir. Dampak bagi negara adalah mengalami kerugian sebab daya saing barang ekspor berkurang yang mengakibatkan jumlah penjualan menjadi berkurang. Selain itu, devisa yang didapat juga semakin sedikit.
Dampak Inflasi terhadap minat orang untuk menabung : Saat terjadi inflasi, penghasilan riil para penabung menjadi berkurang karena jumlah bunga yang diperoleh pada kenyataannya berkurang disebabkan pertumbuhan inflasi. Contohnya, pada bukan agustus tahun 2015 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito akan menghasilkan bunga sebesar 20% per tahun. Jika tingkat inflasi sepanjang agustus 2015 sampai agustus 2016 lumayan tinggi, misal 16%, maka penghasilan uang dari uang yang didepositokan hanya tersisa 4%.
Oleh karena itu, salah satu dampak inflasi adalah membuat minat orang menabung menjadi berkurang.Dampak Inflasi terhadap kalkulasi harga pokok: Kondisi inflasi mengakibatkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok bisa terlalu besar atau bahkan terlalu kecil. Karena persentase dari inflasi itu sendiri tidak teratur, kita tidak bisa emmastikan berapa persen inflasi untuk suatu masa tertentu. Dampaknya, penetapan harga jual dan harga pokok sering tidak sesuai. Kondisi inflasi ini bisa mengacaukan kegiatan perekonomian, khususnya untuk produsen.
Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan harga barang import. Jika didalam negeri terjadi inflasi, ini artinya harga produk dalam negeri menjadi lebih mahal. Dan jika harga produk dalam negeri lebih mahal maka hal ini akan mengakibatkan produk domestic akan sulit bersaing dengan dengan produk – produk impor. Hal ini akan mengakibatkan, nilai nilai ekspor lebih kecil dibandingkan dengan nilai impor, sehingga neraca perdagangan akan mengalami defisit dan akan mengurangi cadangan devisa. Maka dapat diartikan bahwa meningkatnya inflasi akan menyebabkan penurunan dalam ekspor dan  sebaliknya jika inflasi turun maka ekspor akan meningkat.
2.5.3    Hubungan Pendapatan Domestik Bruto  dengan Ekspor
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja. Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan PDB riil perkapita.
PDB riil perkapita diperoleh dengan membagi PDB riil dengan jumlah penduduk. PDB riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan PDB riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi).
Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara  diantaranya adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihada­pi masyarakat sesuatu negara.
Jadi Pendapatan Nasional Neto (NNP) adalah pendapatan nasional yang hanya memperhitungkan investasi neto (nilai investasi bersih setelah dikurangi depresiasi dari aktiva investasi) Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalamstruktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepadamasalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian pendapatan (Sukirno, 2008).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu sasaran dari kebijakan ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan GNP (Gross National Product) suatu Negara (Samuelson,1995). Untuk mengetahui adanbkya pertumbuhan ekonomi suatu negara, diperlukan suatu indikator. Menurut Suparmoko (1998), salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto) untuk skala nasional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk skala daerah.
Konsep pendapatan domestik regional bruto (PDRB) adalah ukuran yang paling sering dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Semakin meningkatnya ekspor maka PDB akan mengalami peningkatan dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Hal ini dapat dipastikan bahwa pengaruh PDB terhadap ekspor adalah negatif dan tingginya ekspor menyebabkan menambahnya cadangan devisa karena banyaknya barang mata uang asing yang masuk devisa.
2.5.4    Hubungan Harga Kopi dengan Ekspor
Harga adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga penawaran adalah harga yang bersedia dibayar oleh pialang atau pelaku pasar atas suatu produk sekuritas, seperti saham atau obligasi, pada waktu tertentu. Di pasar real estat, harga penawaran adalah harga yang ditawarkan pembeli untuk membayar suatu properti. tujuan dari penetapan suatu harga adalah untuk mencapai target perusahaan, mendapatkan laba dari penjualan, meningkatkan serta mengembangkan produksi produk, serta meluaskan target pemasaran.
Penetapan harga suatu produk atau jasa tergantung dari tujuan perusahaan atau penjual yang memasarkan produk tersebut. Dengan tingginya volume harga yang diperoleh maka semakin tinggi jumlah yang akan diekspor. Hal ini dapat dipastikan bahwa pengaruh harga terhadap ekspor adalah positif dan tingginya jumlah harga ekspor akan menyebabkan jumlah produk yang diekspor.

2.6       Studi Sebelumnya

Rosandi, Aji Wahyu Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penawaran ekspor kopi Indonesia  Tahun 2007. Ekspor kopi Indonesia (ton), Produksi kopi (ton), Konsumsi domestik kopi (ton), Harga domestik kopi (Rp/Kg), Harga ekspor kopi (US$/Kg), Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (Rp/US$). Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek adalah dengan pendekatan Error Correction Model (ECM) dan analisis jangka panjang dengan menggunakan persamaan kointegrasi. Produksi kopi merupakan salah satu  variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia fluktuasi harga ekspor kopi sangat mempengaruhi nilai ekspor yang  diperoleh Indonesia.
Anggraini Dewi, Faktor – FaktorYang Mempengaruhi Permintaan  Ekspor Kopi Indonesia Dari Amerika Serikat  Tahun 2006. Harga kopi Volume ekspor kopi Indonesia ke AmerikaSerikat, konsumsi kopi perkapita satu tahun sebelumnya, Gross National Product (GNP) perkapita Amerika. Analisis regresi berganda dan metode  yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS), Jumlah penduduk Amerika Serikat, harga teh dunia, nilai tukar dolar terhadap rupiah Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat adalah. harga kopi dunia, harga dunia, jumah penduduk Amerika Serikat dan  konsumsi kopi Amerika Serikat satu tahun sebelumnya. Variabel yang berpengaruh tidak signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat adalah  pendapatan perkapita penduduk Amerika Serikat dan  nilai tukar mata uang dolar terhadap rupiah. Ridwan, Analisis Dampak Ke digunakan dalambijakan Terhadap Produksi Dan Permintaan Kopi Di Indonesia Tahun 2004.  Vaiabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Harga riil kopi biji di pasar domestik  Harga riil teh biji di pasar domestik Luas areal kopi Robusta Indonesia  Luas areal kopi Arabica Indonesia  Jumlah Penawaran Kopi Domestik Jumlah Permintaan Kopi Domestik. Hasil identifikasi model menunjukkan masingmasing  persamaan dalam model adalah overidentified.  Metode pendugaan  disesuaikan dengan tujuan penulisan yaitu untuk memperoleh  koefisien persamaan struktural secara simultan,  dengan menggunakan  2SLS (two stage least square). Produksi kopi Arabica dipengaruhi oleh harga riil kopi dalam negeri, harga riil teh dalam negeri, luas lahan, upah, dan produksi tahun lalu.  Permintaan kopi di pasar domestik  dipengaruhi oleh harga ekspor dengan arah yang berlawanan. Elastisitas  jangka  pendek  dan jangka panjang untuk produksi kopi Robustainelastis sehingga dapat dikatakan tidak responsif  terhadap suatu perubahan. Pada produksi kopi Arabica nilai  elastisitis yang elastis hanya terhadap luas areal dan upah  dalam jangkapanjang.  Sedangkan pada permintaan kopi di  pasar domestik semuanya elastis, berarti responsif terhadap  suatu perubahan.
Ridwan, Analisis Dampak Kebijakan Terhadap Produksi Dan Permintaan Kopi Di Indonesia Tahun 2004. Hasil identifikasi model menunjukkan masing - masing  persamaan dalam model adalah overidentified.  Metode pendugaan  disesuaikan dengan tujuan penulisan yaitu untuk memperoleh  koefisien persamaan struktural secara simultan,  dengan menggunakan  2SLS (two stage least square). Variabel yang digunakan dalam  penelitian ini  adalah Harga riil kopi biji di pasar domestik, Harga riil teh biji di pasar domestik, Luas areal kopi Robusta, Indonesia Luas areal kopi Arabica Indonesia, Upah rata-rata terendah riil  perkebunan Produksi kopi Arabica Indonesia, Harga riil kopi biji di pasar domestik, Harga riil teh biji di pasar domestik, Luas areal kopi Arabica Indonesia, Upah rata-rata terendah riil perkebunan dan Jumlah permintaan kopi (biji) di pasar domestik (ribu ton). Produksi kopi Arabica dipengaruhi oleh harga riil kopi dalam negeri, harga riil teh dalam negeri, luas lahan, upah, dan produksi tahun lalu.  Permintaan kopi di pasar domestik  dipengaruhi oleh harga ekspor dengan arah yang berlawanan.  Elastisitas  jangka  pendek  dan jangka panjang untuk produksi  kopi Robusta  inelastis sehingga dapat dikatakan tidak responsif  terhadap suatu perubahan. Pada produksi kopi Arabica nilai elastisitis yang elastis hanya terhadap luas areal dan upah  dalam jangkapanjang.  Sedangkan pada permintaan kopi di  pasar domestik semuanya elastis, berarti responsif terhadap  suatu perubahan.

2.7       Kerangka Pemikiran
Perdagangan mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang di dasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud di sini. Impor khususnya yang berupa bahan baku, bahan penolong dan barang modal akan mendorong peningkatan ekspor.
Beberapa produk ekspor Indonesia masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Naiknya inflasi di dalam negari akan menyebabkan suku bunga naik dan biaya produksi juga naik sehingga akan mengurangi produksi dan ekspor menurun. Kurs  miliki efek positif terhadap ekspor, semakin tinggi nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing) maka ekspor menjadi murah (dalam dollar) bagi buyer, sedangkan bagi eksportir akan menerima Rupiah lebih besar sehingga akan mendorong peningkatan ekspor.
Pendapatan domestik bruto perkapita negara tujuan ekspor merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi ekspor Indonesia. Semakin tinggi GNP pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor maka permintaan terhadap produk-produk ekspor Indonesia akan meningkat. Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu ada beberapa variable yang dimasukkan dalam model ini, yaitu : nilai tukar, inflasi, PDB, harga kopi dan ekpor kopi ke Amerika Serikar. 
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa pada penelitian ini berbeda variabel yaitu dalam pemakaian variabel barang substitusi dalam penelitian ini kopi dari negara lain adalah substitusi dari kopi Indonesia, dan tahun penelitian (1998 – 2017). Oleh karena itu dapat disusun suatu kerangka pemikiraan teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika sebagai berikut :



2.8       Hipotesis.

Secara umum variabel Kurs, Inflasi, PDB, Harga Kopi berpengaruh signifikan terhadap ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat Periode 1998 – 2017.
1.    Diduga kurs, PDB dan Harga kopi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat Periode 1998 – 2017.
2.    Diduga Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap  ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat periode 1998 – 2017.

BAB III

METODE PENELITIAN


3.1       Jenis dan Sumber Data

3.1.1    Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 1998 – 2017. Data time series adalahdata statistik yang disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Pengertian waktu dapat berupa tahun, kuartal, bulan, minggu, dan sebagainya. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.                  Data volume ekspor Kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat
2.                  Data Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika
3.                  Data Inflasi Indonesia
4.                  PDB Indonesia
5.                  Harga Kopi Internasional

3.1.2    Sumber data

Data yang digunakan diperoleh dari hasil publikasi instansi – instansi sebagai berikut :
1.                  Badan Pusat Statistik
2.                  Bank Indonesia
3.                  Kementrian Perdagangan
4.                  Kementrian Pertanian
5.                 
32
Refrensi melalui jurnal, makalah dan lain sebagainya

3.2       Metode Analisis Data

3.2.1    Analisis deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data time series yang diperoleh dengan peralatan statistiK sederhana dan analisis yang berbasis teori. Untuk menghitung perkembangan nilai tukar, inflasi, PDB, harga kopi dan volume ekspor kopi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.         Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 

2.         Perkembangan Inflasi

3.         Perkembangan Produk Domestik Bruto

4.         Perkembangan Harga Kopi

5.         Perkembangan Volume Ekspor Kopi

3.2.2    Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk melihat secara empiris bagaimana pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel depeden (Y). untuk melihat pengaruh variabel kurs, inflasi, dan GNP terhadap ekpor kopi ke Amerika Serikat dengan menggunakan aplikasi Eviews 7 metode linier berganda

3.3      Uji statistik

Proses analisa yang akan dilakukan melalui pengujian variabelvariabel independen yang meliputi uji F (uji bersamasama), uji t (uji individual), dan uji R² (uji koefisien determinasi).

(a)               Uji F (Uji bersama-sama)

Uji f ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan. Langkahlangkah pengujian adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995) :
Nilai F hitung = ………………………………….…………….... ... 3.7
Dimana :

R 2 : Koefisien determinasi
N : jumlah observasi/ sample
K  : banyaknya variabel.
a)               Apabila nilai F hit < F table, maka Hipotesis diterima dan Hipotesis ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.
b).      Apabila nilai F hit > F table, maka Hipotesis ditolak dan Hipotesis diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan

(b).      Uji t (uji secara individu)

Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel secara individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap / konstan. Langkah-langkah pengujian t test adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995). Melakukan perhitungan nilai t sebagai berikut:
a)                  Nilai t table = tα/2;NK …………………………………..……….... …3.8
Keterangan:

α : derajat signifikansi
N : jumlah sample (banyaknya observasi)
K : banyaknya parameter

b)                  Nilai t hitung =     ………..………………………………………… 3.9
Keterangan:

βi            =  koefisien regresi
Se(βi )     =  standar error koefisien regresi iii.Kriteria pengujian

a.                   Apabila nilai – t table < t hitung < t table, Artinya variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.
b.                 Apabia nilai t hitung > + t table atau t hitung < -t table, Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

(c).       Koefisien Determinan (R²)

Nilai R2 untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi ( R2) antara nol dan satu (0 < R 2< 1). Jika koefisien determinasi 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Sedangkan koefisien determinan mendekati 1, artinya variabel independen semakin mepengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati 1 (satu). 

3.4       Uji Asumsi Klasik

(a).       Multikolinieritas

 Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa / semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa / semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinier, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.
Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan pengujian dengan metode Klein. Metode ini membandingkan nilai korelasi setiap variabel penjelas (r2 xi, xj) dengan nilai koefisien determinasi (R2y, xi, xj,… xn). Jika R2y, xi, xj,…xn < r2 xi, xj, maka terjadi masalah multikolinier dalam model, sedangkan jika danilai R 2 y, xi, xj,…xn > r2 xi, xj. Maka tidak terjadi masalah multikolinear. Cara lain untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan pengujian dengan pendekatan Koutsoyiannis. Metode ini dikembangkan oleh Koutsoyiannis (1977) menggunakan metode cobacoba dalam memasukkan variabel bebas. Dari hasil coba-coba tersebut, selanjutnya akan diklasifikasikan dalam 3 macam (Aisyah, 2007), yaitu :
1)                  suatu variabel bebas dikatakan berguna
2)                  suatu variabel bebas dikatakan tidak berguna
3)                  suatu variabel bebas dikatakan merusak

(b).      Autokorelasi

 Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel penggangu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan penggangu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 1995).
Pada penelitian ini digunakan dua metode untuk menilai apakah dalam model tersebut terdapat masalah autokorelasi atau tidak, yaitu dengan menguji nilai Prob.chi-square. Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah. Tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negative.  Untuk menguji hipotesis tidak ada autokorelasi, terdapat tabelBreusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, dengan criteria hasil perhitungan Prob. Chi-Square dibandingkan dengan α = 5%, sebagai berikut:
Jika Prob. Chi-Square<α, MakaVariabel ini memiliki masalah autokorelasi.
Jika Prob. Chi-Square > α, Maka variabel ini tidak memiliki maslah autokorelasi.
Pengujian lain dapat dilakukan dengan metode Breusch-Godfrey (BG) Test, dengan kriteria pengujian sebagai berikut jika BG(n-p)*R2< x2 tabel, maka tidak signifikan, berarti bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi. Disamping itu juga dapat kita lihat dari probabilitasnya, jika probabilitas > = 0,5, maka model terhindar dari masalah autokorelasi.

3.5       Operasonal Variabel

            Definisi ini diberikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran terhadap suatu variabel yang ada. Variabel-variabel tersebut, yaitu:
(a).       Ekspor Kopi
(b).       Nilai tukar (Kurs)
            Nilai tukar (kurs) yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rupiah dengan satuan Rupiah
(c).       Inflasi 
Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam satu periode, yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK). Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi negara Indonesia dengan satuan persen.
(d).      Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
PDB adalah semua pendapatan negara Indonesia selama satu periode termasuk nilai produksi yang dihasilkan oleh penduduk dari negara indonesia baik yang berada diluar maupun dalam negeri. PDByang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB negara Indonesia dari tahun 1998 hingga tahun 2017 dengan satuan Rupiah.
(d).      Harga Kopi
            Harga Kopi adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga Kopi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Harga kopi Negara Indonesia dari tahun 1998 hingga tahun 2017 dalam satuan rupiah.
 
  BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1  Struktur Perekonomian Indonesia
Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Dimaksudkan dengan sektor ekonomi yang dominan adalah sektor ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar. Sektor ekonomi yang dominan  dapat juga berarti sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang tinggi, yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Dikenal dua macam struktur ekonomi, yaitu Struktur agraris dan industri.
struktur agraris merupakan struktur ekonomi didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sumber mata encaharian sebagian terbesar penduduknya. Pada umumnya negara-negara berkembang (developing countries) termasuk Indonesia disebut negara agraris dan negara-negara yang termasuk negara-negara belum berkembang (under developed countries) yang pertaniannya masih sangat tradisional dikategorikan negara agraris tradisional.

Struktur industri merupakan struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor industri. Sebagian terbesar produk domestik disumbangkan dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggal disumbangkan oleh sektor industri. Negara-negara amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, Italy, Jepang dan Kanada yang termasuk negara industri maju, negara-negara Eropa dan negara-negara lainnya termasuk negara industri.
Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Kita sudah sering mendiskusikan topik ini jauh sebelum era reformasi tahun 1998. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Selain itu industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat kearah kemakmuran, atau sebagai motor pertumbuhan (engine of growth) ekonomi. Industrialisasi diharapkan dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang kurang menarik disektor pertanian. Untuk mencapai industri yang kuat harus didukung oleh pertanian yang tangguh. Tabel 4.4 akan menjelaskan bagaimana sektor industri lebih mendominasi dalam menyumbang PDB.
Tabel 4.4   Struktur Perekonomian Indonesia
Sektor
Tahun

2010
2011
2012
2013
2014
Pertanian, pernakan, kehutanan dan perikanan
304.777,1
315 036,8
328 279,7
339 560,8
409.655,70
Pertambangan dan penggalian
187 152,5
190 143,2
193 139,2
195 853,2
195 425,0
Industri pengolahan
597.134,9
633.781,9
670.190,6
707.481,7
854.256,70
 Listrik, gas, dan air bersih
18 050,2
18 899,7
20 094,0
21 254,8
22 423,5
Bangunan
150 022,4
159 122,9
170 884,8
182 117,9
194 093,4
 Perdagangan, hotel dan restoran
400 474,9
437 472,9
473 152,6
 501 040,6
524 309,5
Pengangkutan dan komunikasi
217 980,4
241 303,0
265 383,7
291 404,0
318 527,9
Keuangan, persewaan & jasa perusahaan
221 024,2
236 146,6
253 000,4
272 141,6
288 351,0
 Jasa - jasa
217 842,2
232 659,1
244 807,0
258 198,4
273 493,3
Sumber : BPS Indonesia, Data Statistik (2010-2014)
Dari tahun 2010 hingga 2014, sektor industri pengolahan lebih dominan dalam menyumbang PDB dibandingkan dari sektor Pertanian, pernakan, kehutanan dan perikanan, Pertambangan dan penggalian, Listrik, gas, dan air bersih, Bangunan, Perdagangan, hotel dan restoran, Pengangkutan dan komunikasi, Keuangan, persewaan & jasa perusahaan, dan jasa – jasa . Dapat dilihat pada tahun 2010 sektor industri pengolahan menyumbang sebesar 597.134,9 miliar rupiah. Tidak dapat dipungkiri, sektor industri sangat mendominasi dalam menyumbang PDB. Puncaknya pada tahun 2014, sektor industri menyumbang sebesar 854.256,70 miliar rupiah. Jika dibandingkan dengan sektor lainnya, sektor industry pengolahan sangat dominan dalam menyumbang PDB.
4.2          Sejarah Kopi di Indonesia
Dimulai sejak abad ke 16. Saat itu Indonesia masih dalam kekuasaan penjajah Belanda. Pada tahun 1696, India mengirimkan bibit kopi Yemen atau Arabica kepada gubernur Belanda yang berkuasa di Indonesia saat itu untuk dikembangkan di Indonesia khususnya di Batavia. Akan tetapi sudah sejak zaman itu pula Kota Batavia atau Jakarta sekarang ini rentan dengan musibah banjir. Sehingga pada saat itu, biji kopi yang dikirim dari India tersebut mati karena adanya musibah banjir yang terjadi di Kota Batavia.
Namun setelah itu tetap dilakukan pengiriman bibit yang kedua dan akhirnya tumbuh dengan baik. Akhirnya pada tahun 1711, hasil biji kopi tersebut dikirim oleh Belanda ke Eropa. Dalam masa pengembangan 10 tahun lamanya, ekspor kopi Indonesia telah meningkat sebanyak 60%. Indonesia pun kemudian dikenal sebagai negara pengeskpor kopi terbesar di dunia setelah negara-negara Arab dan Ethiopia. Saat ini perkembangan kopi di Indonesia terus mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbaik dunia. Lampung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia yang memiliki jenis kopi robusta. Di Pulau Sumatera saja misalnya kita melihat banyak jenis kopi berkualitas yang juga sudah dikenal hingga ke mancanegara seperti misalnya kopi Sidikalang Sumatera Utara, kopi Mandailing dan kopi Gayo Aceh, kopi Sumatera Selatan dan sebagainya. Di Jawa misalnya juga dikenal kopi Malang yang mirip dengan yang ada di Lampung, kopi Bali dan masih banyak lagi jenis kopi yang lainnya. Indonesia sebagai negara kepulauan nusantara memiliki pesona rasa kopi nusantara yang sangat beragam dan rasanya pun merupakan rasa yang berstandar kualitas ekspor.
Kopi nusantara yang tersebar di beberapa kawasan di Indonesia umumnya memiliki kualitas rasa yang cukup baik. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara beriklim tropis dimana tanaman kopi akan sangat cocok tumbuh di kawasan yang beriklim tropis. Kawasan pegunungan di Indonesia dengan curah hujan yang cukup serta penetrasi cahaya matahari yang baik dan suhu tropis yang mendukung membuat tanaman kopi yang ada di Indonesia bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.
Bahkan untuk jenis kopi luwak misalnya, Indonesia bahkan diakui sebagai kopi luwak terbaik di tingkat dunia. Untuk Anda para pecinta kopi, buat apa jauh-jauh menikmati secangkir kopi dari luar negeri jika ternyata di Indonesia sangat banyak jenis kopi alami yang justru dicari banyak orang dari luar negeri. Tanah Indonesia yang subur telah membuat berbagai tanaman mampu tumbuh dengan baik dan sempurna, termasuk tanaman kopi. Petani Indonesia yang dikenal rajin dan telaten dalam bekerja telah mampu menghasilkan komoditas ekspor terbaik dunia dan menjadi kesukaan para ahli kopi di tingkat dunia.

4.3              Luas Lahan Kopi
Luas perkebunan kopi saat ini sekitar 1,2 juta hektar, produksi sebesar 637.539 ton dengan produktivitas 707 kilogram/ha. Paling banyak dikembangkan di Indonesia jenis kopi robusta sekitar 76,2% dan arabika 23,8%. Hampir 96% merupakan perkebunan milik rakyat, melibatkan tenaga kerja sekitar 1,8 juta kepala keluarga (KK). Dengan rata-rata kepemilikan lahan 0,6 ha.Indonesia menjadi produsen dunia kopi ke-4  setelah Brazil, Vietnam, Kolombia. Tahun 2016 volume ekspor 502 ribu ton dengan nilai USD 1.197,7 juta. Indonesia mempunyai keragaman jenis kopi. Ada kopi specialty dari mulai Kopi Gayo, Kopi Mandailing, Kopi Lintong, Kopi Java, Kopi Toraja, Kopi Bali Kintamani dan Kopi Flores.
Kemudian kopi berdasarkan Indikasi Geografis (IG) seperti Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi Arabika Gayo, Kopi Arabika Flores Bajawa, Kopi Arabika Kalosi Enrekang, Kopi Arabika Java Ijen-Raung dan Kopi Arabika Java Preanger. peningkatan daya saing kopi terus dilakukan oleh Kementan, beberapa tahun ini harga kopi meningkat tajam, biasanya harga kopi robusta Rp 20-25 ribu per kg di pasaran sekarang sudah mencapai Rp 45 ribu per kg. Peningkatan harga seiring adanya spesifikasi produk kopi dan meningkatnya gairah anak muda hingga orang tua minum kopi. “Kopi membuat detak jantung menjadi stabil, maka aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lancar dan tubuh lebih sehat,” ujar Bambang.
Meskipun, diakuinya, kopi Indonesia masih mengahadapi permasalahan utama yakni rendahnya produktivitas akibat tanaman tua, rusak, tidak produktif dan serangan Organisme pengganggu tanaman (OPT). Kemudian terbatasnya ketersediaan benih, Good Agricultural Practices (GAP) belum diterapkan secara konsisten, kualitas biji masih rendah, kelembagaan petani masih lemah atau posisi tawar petani rendah, kemitraan antara petani dengan industri belum terwujud, terbatasnya akses terhadap permodalan dan rendahnya tingkat efisiensi produksi dan pemasaran.
Untuk itu, Kementrian Pertanian akan melakukan intensifikasi perkebunan kopi seluas 8.850 ha di sentra-sentra produksi. Bambang mengatakan, kegiatan intensifikasi perkebunan kopi antara lain berupa perbaikan tanaman kopi robusta seluas 4.900 ha yang tersebar di sembilan provinsi meliputi 22 kabupaten sentra produksi. Kemudian perbaikan tanaman kopi jenis arabika seluas 3.750 ha di 17 kabupaten sentra produksi yang tersebar di 10 provinsi, serta perluasan areal seluas 200 ha di dua kabupaten di Kalimantan Tengah. “Untuk kegiatan tersebut kami mengalokasikan anggaran sebanyak Rp 35,5 miliar dari APBN Ditjen Perkebunan,” jelasnya.
Adapun 9 provinsi intensifikasi kopi diantaranya : Jawa Timur, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. Sementara kopi robusta terdapat di 10 provinsi meliputi : Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Sulawesi Barat. Melalui kegiatan intensifikasi tanaman dan perluasan lahan tersebut maka pihaknya menargetkan produksi kopi nasional pada 2017 sebanyak 637.539 ton dengan total luas perkebunan mencapai 1,227 juta ha. Target tersebut masih lebih rendah dari 2016 dengan luas perkebunan kopi mencapai 1,228 juta ha dan hasil produksi sebanyak 639.305 ton.
Selain intensifikasi tanaman dan perluasan lahan, Kementan akan melakukan upaya lain untuk meningkatkan produksi kopi nasional antara lain dengan penanganan organisme pengganggu tanaman, pemberian bantuan alat pengolahan dan pascapanen, pemberian bibit berkualitas serta perbaikan kebun induk. Peningkatan produksi dan produktivitas pada areal yang diremajakan. Dengan menggunakan klon unggul untuk menggantikan tanaman tua atau tidak produktif dan pemeliharaan kebun secara intensif melalui intensifikasi. Tabel 4.5 akan menjelaskan perkembangan luas lahan kopi Indonesia.


































































Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan tahun 1998 – 2017
Pada tabel 4.5 menjelaskan perkembangan luas lahan kopi Indonesia, dari tahun 1998 – 2017 perkembangan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 11,83 persen. Hal ini terjadi karena pada tahun 2000, pemerintah ingin meningkatkan ekspor kopi maka lahan kopi diperluas. Perkembangan luas lahan kopi terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 5,85 persen, hal ini terjadi karena penghasilan dari kopi kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga masyarakat membuka lahan baru dan lahan yang seharusnya menjadi lahan kopi diganti dengan tanaman lain. Sedangkan rata – rata selama tahun 1998 – 2017 perkembangan mata uang rupiah adalah sebesar 0,40 peren per tahun.
Produksi Kopi Indonesia
Produksi kopi di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Namun Indonesia dinilai masih belum punya arah jelas dalam pengembangan kopi guna meningkatkan hasil produksinya. Produktivitas kopi Indonesia yang memiliki lahan perkebunan 1,2 juta hektar masih kalah dibanding Vietnam yang hanya memiliki luas kebin kopi 630.000 hektar. Produksi kopi Indonesia 500 kilogram kopi per hektar sementara di Vietnam 2,7 juta ton kopi per hektar.  Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun menyayangkan hal tersebut lantaran saat ini kopi telah menjadi komoditas penting di tengah masyarakat.
Indonesia semestinya bisa mengungguli produksi kopi negara penghasil kopi lainnya seperti Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Saat ini Indonesia hanya berada di posisi empat penghasil kopi terbesar di dunia di belakang Brasil, Vietnam, dan Kolombia. "Untuk itu pemerintah berupaya untuk menggerakan kepedulian lebih terhadap kopi dengan cara mengembangkan bibit kopi dengan baik, melakukan penanaman bibit kopi yang tepat untuk jenis tertentu sesuai dengan keadaan wilayah di Indonesia, dan memperbaiki produktivitas kopi melalui buku Roadmap Kopi," jelas Darmin.
Produksi kopi di Indonesia memang cukup besar, pun halnya dengan negara lain seperti Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Namun demikian, hal itu tak serta merta membuat Indonesia dan tiga negara lainnya tersebut mendapatkan perolehan pendapatan yang besar atas produksi kopinya. Darmin menjelaskan, produksi kopi di dunia itu nilainya mencapai 24 miliar dollar AS dengan harga kopi pada tingkat konsumsi mencapai 240 miliar dollar AS. "Tetapi hanya 10 persen saja yang diperoleh negara penghasil kopi seperti Indonesia, Vietnam, Brasil, dan Kolombia," ucap Darmin. Kecilnya perolehan Indonesia dan negara penghasil kopi lainnya bukanlah tanpa alasan.
Darmin menjelaskan bahwa selama ini negara-negara penghasil kopi hanya berhasil mengolah hasil panen menjadi biji kopi. "Kopi kalau sudah di roaster tidak tahan lama. Akibatnya lahir situasi kita hanya hasilkan dan mengeringkan dan negara maju yang mengolah lebih banyak jadi bubuk kopi dengan berbagai teknologi yang sudah maju," terang Darmin. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan produksi kopi Indonesia mengalami peningkatan sebesar 6,3 persen.
Pemerintah memprediksi bakal ada lesatan konsumsi kopi domestik dalam beberapa tahun mendatang. Untuk itu, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian telah menyiapkan beberapa strategi guna mengantisipasi hal itu. "Pertama kali kan ada jangka pendek, menengah, dan panjang. Yang paling mudah itu memangkas pohon kopi yang bisa dilakukan dalam dua tahun dari sekarang," kata Penasihat Kebijakan Kemenko Perekonomian Lin Che Wei. Kemudian, lanjut Lin Che Wei, strategi berikutnya adalah dengan mengembangkan keahlian para petani kopi agar bisa berdampak lebih baik terhadap hasil panen. Hal lain yang akan dilakukan Kemenko Bidang Perekonomian adalah dengan memisahkan lahan pertanian kopi jenis robusta dan arabika dengan tujuan meningkatkan produksi kopi menjadi tiga sampai empat kali lipat. Produksi kopi Indonesia dapat kita lihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4  Produksi Kopi Indonesia

































































Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan Indonesia Tahun 1998 – 2017
Dari tabel 4.6, dapat dijelaskan bahwa perkembangan produksi kopi Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 19,81 persen. Hal ini terjadi karena pada tahun 2002 luas lahan kopi meningkat, sedangkan produksi kopi terendah terjadi pada tahun 2011, karena pada tahun 2011 masyarakat lebih tertarik untuk menanam komoditi lain ketimbang kopi. Sedangkan rata – rata selama tahun 1998 – 2017 perkembangan mata uang rupiah adalah sebesar 1,28 peren per tahun.
 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1       Perkembangan Nilai Tukar, Inflasi, PDB, Harga Kopi dan Volume Ekspor Kopi


5.1.1    Perkembangan Nilai Tukar

Periode ekonomi pada masa ini sering dinamakan sebagai periode ekonomi terpimpin, ketika semua unsur bangsa berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan revolusi. Pada masa ini, perekonomian  Indonesia menghadapi masalah yang lebih berat dibandingkan dengan periode perjuangan kemerdekaan sebagai akibat dari kebijakan pemerintah lebih mengutamakan kepentingan politik dibandingkan dengan kepentingan ekonomi.
Nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan melalui kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata yang asing yang bersangkutan di pasar valuta asing. Sistem nilai tukar ini menghendaki tidak adanya campur tangan pemegang otoritas moneter suatu negara secara formal dalam rangka menstabilkan atau mengatur nilai tukar mata uangnya. Dengan demikian diharapkan perhatian pemegang otoritas moneter semakin terfokus pada tanggung jawab pengendalian moneter dalam negeri, misalnya pengendalian inflasi domestik.
53
Perkembangan nilai tukar Indonesia terhadap dolar dari tahun ke tahun selalu mengalami fluktuasi. Hal ini di sebabkan oleh semakin tingginya permintaan masyarakat kita terhadap barang  impor, sehingga nilai mata uang rupiah semakin merosot. Dengan kebijakan yang diambil  oleh pemerintah, maka nilai tukar dapat dikendalikan kembali. Perkembangan nilai tukar rupiah dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut :


































































Sumber : Bank Indonesia, Data Statistik Indonesia (1998-2017)        
 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR

Dari tabel 5.7 penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai tukar dari tahun 1998 hingga tahun 2017 mengalami fluktuasi, nilai rupiah mengalami depresiasi tertinggi pada tahun 2000 sebesar 3,39 persen, hal ini terjadi karena pada saat itu ekspor Indonesia  mengalami penurunan dan kebalikannya, impor indonseia semakin tinggi sehingga permintaan kurs dolar meningkat dan harga dollar menjadi tinggi. sedangkan nilai rupiah mengalami depresiasi terendah pada tauhun 2002 sebesar -1,83 persen, ini terjadi karena pada tahun 2002 produsen kopi meningkatkan produksinya sehingga ekspor kembali meningkat. Sedangkan rata – rata selama tahun 1998 – 2017 perkembangan mata uang rupiah adalah sebesar 0,29 peren per tahun.

5.1.2    Perkembangan Inflasi Indonesia

Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti suatu penyakit menahun dan sudah berakar di sejarah. Tingkat inflasi pada beberapa negara tetangga kita seperti malaysia dan kamboja jauh lebih rendah. Sedangkan tingkat Inflasi di Indonesia cukup tinggi .  Sehingga, pada dasarnya kenaikan inflasi membuat warga semakin miskin, hal ini dikarenakan jika dibandingkan dengan kenaikan pendapatan seseorang tiap tahun, inflasi masih lebih tinggi. Untuk melihat lebih jelasnya perkembangan inflasi Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.8 sebagai berikut.













































Sumber : Bank Indonesia, Data Statistik Indonesia (1998-2017)


Dari tabel 5.5 Dari penulis dapat menyimpulkan bahwa inflasi dari tahun 1998 hingga tahun 2017 mengalami fluktuasi, inflasi tertinggi terjadi pada tahun pada tahun 1998 sebesar 77,55 persen, hal ini terjadi karena pada saat itu Indonesia  mengalami krisis moneter dan pada tahun 1998 seluruh harga secara umum meningkat. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada tauhun 1999 sebesar 2,01 persen, ini terjadi karena pada tahun 1999 bank Indonesia membuat kebijakan moneter dan jumlah uang beredar dikurangi, sehingga harga secara umum mengalami penurunan. Sedangkan rata – rata selama tahun 1998 – 2017 inflasi indonesia adalah sebesar 10,57 peren per tahun.

5.1.3    Perkembangan PDB Indonesia

Untuk mendorong keseimbangan itu perlu digerakkan sektor riil agar pertumbuhan ekonomi bisa dirasakan semua masyarakat.Peran pemerintah dan perbankan dalam mengelola dan menyalurkan kredit kepada UKM di tahun 2007 cukup tinggi, hal ini didukung oleh kinerja UKM yang baik dan resiko penyaluran kredit tidak tinggi. Pemerintah juga melalui Menteri UKM telah membuat kebijakan untuk memberdayakan pelaku ekonomi UKM dengan membuat paket kredit berkala, peluang ini harus diambil oleh pihak yang bergerak disektor riil. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas pada tabel 5.9  akan menjelaskan bagaimana perkembangan PDB Indonesia dari tahun 1998 - 2017 :




































































Sumber : Bank Indonesia, Data Statistik Indonesia (1998-2017)


5.1.4    Perkembangan Harga Kopi di Indonesia

Nilai ekspor kopi indonesia per unit masih dapat dipertahankan di atas US$ 1/kg. Namun pada masa perdagangan bebas, nilai per unit ekspor kopi dari Indonesia dan Vietnam seringkali berada di bawah US$ 1/kg. Hal ini antara lain karena sebagian besar ekspor dari kedua negara tersebut adalah kopi jenis robusta yang harganya paling rendah dibandingkan dengan jenis lainnya.
Nilai per unit ekspor kopi dari Brasilia, Vietnam, Kolombia dan Meksiko tampak lebih tinggi karena sebagian besar ekspor dari negara-negara tersebut berupa kopi arabika yang harganya lebih mahal. Selain itu diduga kualitas kopi yang diekspor oleh keempat  negara  tersebut  termasuk kopi. Sedangkan perkembangan volume harga kopi Indonesia dapat dijelaskan pada tabel 5.10



































































Sumber : BPS Indonesia, Data Statistik Indonesia (1998-2017)


Dari tabel 5.10 dapat jelaskan bahwa perkembangan harga kopi Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami fluktuasi, Perkembangan harga kopi indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 72,74 persen, karena pada tahun 2005 permintaan terhadap kopi tinggi. Perkembangan harga kopi indonesia terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar-37,41 persen, karena pada tahun 2013 banyak negara – negara lain yang memproduksi kopi, sehingga Indonesia harus menurunkan harga kopi guna menjaga kestabilan ekspor. Sedangkan rata – rata harga kopi Indonesia dari tahun 1998 – 2017 sebesar 13,48 persen per tahun.
5.1.5    Perkembangan Volume Ekspor Kopi di Indonesia ke Amerika Serikat
Volume ekspor kopi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat penawaran kopi di Indonesia dan permintaan dipasar internasional. Hal ini disebabkan karena tingkat harga berpengaruh positif terhadap ekspor. Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan  bahwa ekspor kopi Indonesia sebagian besar adalah ke Amerika Serikat, sebaliknya Indonesia juga merupakan pengekspor kopi terbesar bagi Amerika Serikat dapat dikatakan bahwa saat ini ketergantungan kebutuhan Amerika Serikat akan kopi Indonesia begitu besarnya, sehingga dengan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat, maka hal ini akan dapat mewakili seluruh permasalahan ekspor kopi Indonesia. perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat dapat dijelaskan pada tabel 5.11 sebagai berikut.



Pada tabel 5.8 dapat digambarkan bahwa angka ekspor kopi Indonesia ekspor kopi  tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 50,56 persen, pada tahun 2004 produksi kopi Indonesia mulai meningkat sehingga jumlah kopi yang ditawarkan terus mengalami tren yang positif. Ekspor kopi Indonesia paling rendah terjadi pada tahun 2002 sebesar -24,37 persen, hal ini terjadi karena pada saat itu Indonesia sedang bangkit dari keterpurukan yang disebabkan krisis moneter pada tahun 1998.  Sedangkan rata – rata ekspor kopi Indonesia dari tahun 1998 – 2017 adalah 13,75% per tahun.

5.2       Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat

5.2.1    Hasil Regresi

Untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor kopi dari Indonesia  ke Amerika Serikat, digunakan analisis regresi berganda dimana variabel dependen dalam penelitian ini adalah ekspor kopi dan variabel independennya adalah nilai Kurs, Inflasi, PDB dan volume harga kopi pada tahun 1998 – 2017. Berdasarkan regresi linier berganda dengan data yang ada, maka diperoleh hasil analisis regresi dengan cara penerapan Ordinary Least Square dengan menggunakan program E-Views 7.
Dependent Variable: EK


Method: Least Squares


Sample: 1998 2017












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
-3.185795
2.981856
-1.068393
0.3022
LogNT
2.409337
1.018349
2.365923
0.0319
INF
-0.008740
0.003384
-2.582633
0.0208
LogPDB
0.811483
0.309420
2.622597
0.0192
LogHK
0.728652
0.063030
11.56043
0.0000










R-squared
0.950524
    Mean dependent var
4.393530
Adjusted R-squared
0.937330
    S.D. dependent var
0.862592
S.E. of regression
0.215941
    Akaike info criterion
-0.015305
Sum squared resid
0.699458
    Schwarz criterion
0.233628
Log likelihood
5.153047
    Hannan-Quinn criter.
0.033290
F-statistic
72.04386
    Durbin-Watson stat
1.719924
Prob(F-statistic)
0.000000








Sumber : Data olahan sekunder
Pada regresi berganda, terdapat satu variabel terikat (Dependen) dan terdapat dua atau lebih variabel bebas (Independen). Adapun persamaan regresi berganda yang didapat setelah dilakukan pengolahan menggunakan perangkat lunak e-views7, didapat hasilnya sebagai berikut :
EK = -3.1857 + 2.4093LogNT - 0.0087INF + 0.8114LogPDB + 0.7286LogHK
               (0.031)               (0.020)          (0.019)                   (0.000)

R2                    = 0.95
F – statistik     = 72.04
D-W                = 1.71


Uji F digunakan untuk  mengetahui apakah variabel – variabel independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi α = 0,05. jika Prob(F-statistik) < α maka seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap ekspor kopi ke Amerika Serikat. Berdasarkan hasil regresi diperoleh Prob (F-statistik) sebesar 0.00001 < 0,05. Artinya variabel nilai tukar, inflasi, PDB dan harga kopi berpengaruh secara bersama – sama terhadap Ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat pada tingkat kepercaaan sebesar 95%.
1.                  Nilai Tukar
            Melalui hasil regresi menggunakan perangkat lunak E-views7 di peroleh nilai t-hitung sebesar 2,36, dengan tingkat kepercayaan (α=5%) df= 18 untuk pengujian diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,36 > 2,10). Artinya nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kopi Indonesia ke Amerika serikat.
2.                  Inflasi
            Melalui hasil regresi menggunakan perangkat lunak E-views7 di peroleh nilai t-hitung sebesar 2,58, dengan tingkat kepercayaan (α=5%) df= 18 untuk pengujian diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,58 > 2,10). Artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kopi Indonesia ke Amerika serikat.
3.                  Pendapan Domestik Bruto
            Melalui hasil regresi menggunakan perangkat lunak E-views7 di peroleh nilai t-hitung sebesar 2,62, dengan tingkat kepercayaan (α=5%) df= 18 untuk pengujian diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,62 > 2,10). Artinya PDB berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kopi Indonesia ke Amerika serikat.
4.           Harga Kopi
            Melalui hasil regresi menggunakan perangkat lunak E-views7 di peroleh nilai t-hitung sebesar 11,56, dengan tingkat kepercayaan (α=5%) df= 18 untuk pengujian diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,10, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (11,56 > 2,10). Artinya harga kopi berpengaruh signifikan terhadap Ekspor kopi Indonesia ke Amerika serikat.
(c)        Koefisien Determinan (R2)
            Analisis koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat berapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Dari hasil regresi diperoleh nilai R2 = 0.95 persen, Artinya variabel Nilai tukar, Inflasi, PDB, dan Harga kopi selama periode penelitian memiliki pengaruh yang sangat besar, dengan nilai persentasenya sebesaar 95 persen, dan sisanya 5 persen adalah variabel – variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.



1.                  Multikolinieritas
            Multikolinieritas adalah hubungan yang kuat antara variabel independen dari satu model estimasi. Suatu persamaan dikatakan mengandung multikolinieritas apabila nilai koefisien determinan (R2) tinggi, sedangkan uji t-statistik tidak satupun yang signifikan, namun uji F-statistik  signifikan. Dari hasil regresi dengan uji-t menunjukan hanya tidak ada variabel yang tidak signifikan, sedngkan uji F statistik signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model estimasi ini tidak mengandung masalah multikolinieritas.
2.                  Autokorelasi
            Autokorelasi adalah salah satu penyimpangan model klasik yang disebabkan oleh keterkaitan data observasi sebuah variabel. Dalam pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan cara menguji tabel Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Testdengan membandingkan probabilita Chi-Square dengan α = 5%. Jika probabilita Chi-Square < α, maka data ini memiliki masalah pada autokorelasi, namun jika probabilita Chi-Square > α, maka data ini terbebas dari masalah autokorelasi.
F-statistic
1.432160
    Prob. F(2,13)
0.2741
Obs*R-squared
3.611022
    Prob. Chi-Square(2)
0.1644










Sumber : Data Olahan Sekunder
            Berdasarkan hasil regresi probabilita Chi-Square > α, maka dapat di simpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah Autokorelasi. Dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%.

(a).       Konstanta
Berdasarkan hasil regresi, dan selanjutnya dilakukan analisis ekonomi. Dalam persamaan regresi beganda tersebut diperoleh konstanta sebesar -3.18. nilai ini mempunyai arti ekspor kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat selama periode penelitian rata – rata mengalami penurunan sebesar 3.18 persen, dengan asumsi variabel Independen selama periode penelitian tidak berubah.
(b).      Nilai Tukar
            Nilai koefisien nilai tukar adalah 2.40, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel nilai tukar terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika nilai tukar mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia ke  negara Amerika Serikat akan peningkatan sebesar 2.4 persen. Dengan asumsi variabel Inflasi, variabel PDB dan Harga kopi tidak berubah. Karena jika nilai tukar meningkat atau terjadi depresiasi terhadap rupiah, maka harga kopi internasional akan murah, sehingga permintaan kopi di  Indonesia akan meningkat dan ekspor kopi akan meningkat.
(c).       Inflasi
            Nilai koefisien nilai tukar adalah - 0.008, hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara variabel inflasi terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika inflasi mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia ke  negara Amerika Serikat akan turun sebesar 0,008 persen. Dengan asumsi variabel nilai tukar, PDB dan Harga kopi tidak berubah selama penelitian. Karena jika terjadi inflasi didalam negeri maka semua barang akan mahal dan biaya produksi akan meningkat, sehingga jumlah ekspor kopi terjadi penurunan.
(d).      Produk Domestik Bruto
            Nilai koefisien nilai tukar adalah 0,81, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel PDB terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika PDB mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia ke  negara Amerika Serikat akan peningkatan sebesar 0,81 persen. Dengan asumsi variabel nilai tukar, Inflasi dan Harga kopi tidak berubah. karena jika terjadi peningktan tehadap ekspor kopi akan terjadi peningkatan dalam neraca pembayaran sehingga PDB akan meningkat.
(e)        Harga Kopi
            Nilai koefisien nilai tukar adalah 0,72, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel harga kopi terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. artinya jika harga kopi mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka ekspor kopi negara Indonesia ke  negara Amerika Serikat akan peningkatan sebesar 0,72 persen. Dengan asumsi variabel Inflasi, variabel PDB dan PDB tidak berubah. karena jika harga kopi meningkat akan semakin banyak kopi yang ditawarkan sehingga jumlah ekspor kopi akan meningkat.
 


BAB VI
1.         Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, perkembangan nilai tukar, inflasi, PDB, harga kopi dan ekspor kopi cenderung berfluktuasi.
2.         Berdasarkan hasil perhitungan variabel nilai tukar, inflasi, PDB dan harga kopi berpengaruh signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat, hal ini terlihat dari t-hitung > t-tabel.
1.         Pemerintah dan eksportir harus terus berupaya mencari cara agar nilai tukar, inflasi, PDB dan harga kopi tidak terjadi fluktuasi yang  sangat tinggi, sehingga dapat meningkatkan ekspor kopi di Indonesia.
2.         Pemerintah harus mengambil kebijakan agar nilai tukar, inflasi, PDB dan harga kopi tetap stabil, sehingga ekspor kopi terus mengalami peningkatan.
 
DAFTAR PUSTAKA
Apridar. 2012. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia 2018. BPS. Jakarta.
Boediono. 2000. Ekonomi Moneter, BPFE: Yogyakarta
Dajan Anton. 2008. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta : PT Pusaka LP3ES Indonesia
Diah Fitri, Ida Ayu dan Pt Purbadharmaja, Ida Bagus.(2015).Pengaruh Kurs Dollar Amerika, Jumlah Produksi dan Luas Lahan pada Volume Ekspor Lada Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4, No. 5, Mei 2015
 Griffin, R. W., & Pustay, M. W. 2015. Bisnis Internasional: Sebuah Perspektif

Gujarati, D. N., & Porter, D. C. 2015. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Haryadi. 2015. Ekonomi Internasional. Jambi: Biografika
Hamdani. 2012. Ekspor Impor Tingkat Dasar. Jakarta : Bushindo
Junaidi, J. 2015. Bentuk Fungsional Regresi Linier (Aplikasi Model Dengan Program SPSS). Jambi.  Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Kusuma Dewi, A A Putri dan Suresmiathi, Dewi.2015.Pengaruh Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat Dan Luas Areal Lahan Terhadap Ekspor Karet Indonesia Tahun 1993-2013.E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4, No. 2, Februari 2015 
Latumaerisa, Julius R. 2015. Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Mankiew, Greogory N. 2009. Makro Ekonomi: Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Musadieq, M. Al dan Soviandre Edo.2014. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Dari Indonesia ke Amerika Serikat (Studi pada Volume Ekspor Kopi Periode Tahun 2010-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 14 No. 2 September 2014
Nopirin. 2011. Ekonomi Internasional. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
Salvatore. 2014. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga
Saragih, Ferdinand. & Nugroho, B Yuliarto. 2014. Dasar Dasar Keuangan Internasional. Kharisma Putra Utama Offset:
 Sasono, H. B. 2013. Manajemen Ekspor dan Perdagangan Internasional. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Erlangga

Sugiarto, dkk. 2007. Ekonomi Mikro. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama
Supranto J. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Gelora Aksa Pratama

Utomo, Y. P. 2015. Eksplorasi Data & Analisis Regresi Dengan SPSS. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Tan,Syamsurijal. 2014. Perdagangan Internasional (Teori dan Beberapa Aplikasinya). FE UNJA
Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C. 2015. Economic Development, Twelfth Edition. Boston: Pearson Addison Wesley
Yunita,Rina. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar dan Impor Terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Universitas Jambi
Yustika, Ahmad Erani. 2009. Ekonomi Politik: Kajian Teoritis dan Analisis Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zuhdi, F., & Suharno. (2015). Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di Pasar ASEAN 5. Habitat , 152-162
 
Lampiran – 2

Dependent Variable: XK


Method: Least Squares


Date: 07/15/18   Time: 13:32


Sample: 1998 2017


Included observations: 20












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
-3.185795
2.981856
-1.068393
0.3022
LogNT
2.409337
1.018349
2.365923
0.0319
INF
-0.008740
0.003384
-2.582633
0.0208
LogPDB
0.811483
0.309420
2.622597
0.0192
LogHK
0.728652
0.063030
11.56043
0.0000










R-squared
0.950524
    Mean dependent var
4.393530
Adjusted R-squared
0.937330
    S.D. dependent var
0.862592
S.E. of regression
0.215941
    Akaike info criterion
-0.015305
Sum squared resid
0.699458
    Schwarz criterion
0.233628
Log likelihood
5.153047
    Hannan-Quinn criter.
0.033290
F-statistic
72.04386
    Durbin-Watson stat
1.719924
Prob(F-statistic)
0.000000













Sumber : Data Olahan Sekunder

Lampiran – 3
Tabel 5.4 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test










F-statistic
1.432160
    Prob. F(2,13)
0.2741
Obs*R-squared
3.611022
    Prob. Chi-Square(2)
0.1644










Sumber : Data Olahan Sekunder
  

No comments:

Post a Comment