Tuesday, December 8, 2020

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPORT KARET INDONESIA KE NEGARA TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN ADA JUGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKPOR KOPI INDONESIA Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan dan berkembang menggunakan sistem ekonomi terbuka yang mana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting di dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi masyarakat dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan salah satu ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi sangat tidak bisa dipisahkan dalam waktu belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan Internasional khususnya ekspor yang diyakinkan sebagai penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi dan peningkatan cadangan devisa. Ekspor merupakan agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2018) Suatu Negara jika tidak ada ikatan atau kerjasama dengan negara lain maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya. Perdagangan internasional dapat terjadi apabila negara yang melakukan perdagangan memperoleh manfaat dari perdagangan dan memberikan peluang pada setiap negara yang memiliki sumber daya melimpah untuk melakukan ekspor barang atau jasa, serta memberikan peluang melakukan impor bagi negara yang memiliki biaya produksi relatif mahal untuk melakukan produksi di dalam negeri. Perdagangan internasional dapat menjadi roda penggerak perekonomian suatu negara jika dilakukan secara efisien dan efektif, serta mengetahui peluang – peluang yang dimiliki suatu negara (Tambunan, 2004). Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, sangat mengandalkan kegiatan perdagangan internasional untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi dan cara – cara memimpin perusahaan lebih modern. Yang lebih terpenting lagi, perdagangan internasional memingkinkan negara tersebut mengimpor teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik. Keuntungan ini terutama akan dinikmati olehnegara-negara berkembang, karena negara-negara berkembang umumnya masih banyak yang menggunakan teknik produksi dengan cara yang relatif sederhana (Haryadi 2015). Penyebab Utama perdagangan internasional adalah untuk memperoleh manfaat yang ditimbulkan oleh spesialisasi antar negara. walaupun suatu negara dapat memproduksi barang-barang dan jasa yang sama jenisnya dengan barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara lain, tetapi mungkin negara tersebut lebih suka mengimpir barang-barang tadi dari luar negeri dan bukannya menghasilkan barang dan jasa tersebut di dalam negeri. Sebagai gantinya negara tersebut dapat memperluas kegiatannya dalam menghasilkan barang-barang yang dapat dijual dan dapat menguntungkan di luar negeri. Dengan cara ini, negara-negara dapat menggunakan faktor produksi secara efisien, selain itu negara tersebut akan dapat menikmati barang lebih banyak ketimbang negara tersebut tidak melakukan spesialisasi dalam perdagangan (Haryadi 2015). Indonesia merupakan salah satu negara pemasok ekspor migas dan nonmigas di pasar dunia. Tidak kurang dari 140 negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia. Dari data statistik yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), hampir 5.000 macam produk dari Indonesia masuk ke pasar negaranegara tersebut (Kementerian Perdagangan). Dalam transaksi perdagangan internasional hal yang paling penting adalah sisi impor dan ekspor. Salah satunya adalah ekspor. Indonesia merupakan daerah subtropis yang potensial untuk pengembangan komoditas primer perkebunan. Salah satu komoditas primer perkebunan utama Indonesia yaitu karet. Karet merupakan salah satu komoditas ekspor andalan pekebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa, karet merupakan komoditias global bernilai ekonomi tinggi dan salah satu bahan minuman paling popular di dunia. Perkembangan volume ekspor komoditas primer perkebunan berupa Karet Pada tahun 2010 produksi karet alam Indonesia adalah sebesar 2.736.000 ton dan merupakan produsen karet terbesar setelah Thailand yang memproduksi karet alam sebanyak 3.252.100 ton. Tingginya kapasitas produksi karet alam di Indonesia disebabkan oleh lahan yang digunakan untuk tanaman karet cukup luas, selain itu iklim tropis yang ada di Indonesia sesuai dengan penanaman pohon karet. Dibandingkan dengan produksi komoditas unggulan lainnya seperti kopi, teh, dan coklat produksi karet alam Indonesia sangat besar. Negara tujuan ekspor karet alam Indonesia terbesar untuk eropa adalah Kanada. Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor karet terbesar ke Kanada memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan ekspor tersebut yaitu untuk meningkatkan cadangan devisa, namun terjadi penurunan ekspor karet alam Indonesia ke Kanada selama satu dekade. Penurunan ekspor ini berbanding terbalik dengan GDP Kanada yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan. Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klonklon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun. Produksi karet alam yang tinggi diikuti dengan besarnya nilai ekspor karet alam Indonesia. Nilai Ekspor karet alam Indonesia juga cenderung mengalami peningkatan, penurunan nilai ekspor yang terjadi pada tahun 2009 merupakan akibat turunnya harga dari karet alam di pasar internasional yang disebabkan oleh krisis keuangan global. Negara tujuan ekspor karet alam Indonesia terbesar untuk wilayah eropa adalah Kanada. Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor karet terbesar ke Kanada memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan ekspor tersebut yaitu untuk meningkatkan cadangan devisa, namun terjadi penurunan ekspor karet alam Indonesia ke Kanada selama satu dekade. Penurunan ekspor ini berbanding terbalik dengan GDP Kanada yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tren penurunan ekspor karet alam yang terjadi selama satu dekade telah berdampak pada pemasukan cadangan devisa Indonesia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke Kanada baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain diakibatkan karena adanya perubahan GDP Kanada, produksi karet alam dalam negeri dan harga karet alam Indonesia juga merupakan indikator perubahan ekspor karet alam Indonesia. Tanaman perkebunan merupakan pendukung utama sektor pertanian dalam menghasilkam devisa. Ekspor komoditi pertanian Indonesia yang utama adalah hasil-hasil perkebunan. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditi ekspor konvensional terdiri atas karet, kelapa sawit, kakao, teh, kopi, lada dan tembakau. Karet merupakan salah satu komuditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomia Indonesia. Pada tahun 2012 produksi karet alam Indonesia sebesar 3.012.254 ton. Tingginya kapasitas produksi karet alam di Indonesia disebabkan oleh lahan yang digunakan untuk tanaman karet cukup luas, selain itu iklim yang tropis yang ada di Indonesia sesuai dengan penanaman pohon karet. Dibandingkan dengan produk komoditas unggulan lainnya seperti kopi, teh, dan kakao, produksi karet Indonesia sangat tinggi. karet alam Indonesia pada tahun 2011-2015 menempati kedudukan tertinggi dibandingkan dengan kopi, teh, dan kakao. Pada tahun 2011 produksi karet alam cukup tinggi sebesar 2.991.184 ton. Dan pada tahun 2012 produksi karet alam mengalami peningkatan sebesar 3.012.254. Produksi tertinggi karet terjadi pada tahun 2013 sebesar 3.237.433 ton. Terjadinya peningkatan produksi karet dari tahun 2011-2013 disebabkan karena terjadinya perluasan areal lahan karet. Penurunan produksi karet terjadi pada tahun 2014 sebesar 3.153.186 ton dan pada tahun 2015 produksi karet masih mengalami penurunan sebesar 3.145.398, penurunan ini sangat erat kaitannya dengan menurunnya permintaan karet. Sedangkan perkembangan produksi perkebunan Indonesia yang menempati tempat terendah yaitu teh. Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar di wilayah Sumatra Selatan, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan sebagainya. Berikut kami lampirkan jumlah ekspor dari indonesia ke negara Kanada. Tabel 1.1 Data Volume Ekspor Karet, Kurs, Inflasi, PDB dan Harga Karet Internasional ke Negara Kanada Tahun Volume Ekspor Karet (Ton) Kurs (Ribu Rupiah) Inflasi (%) PDB (Ribu Rupiah) Harga Karet Internasional (Dollar) 2015 76.200 13.795 6,38 11,529,332.80 108.400.000 2016 72.800 13.436 3,57 10,406,774.10 151.100.000 2017 90.100 13.548 3,81 11,388,727.30 124.300.000 Sumber : BPS Indonesia Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, ekspor karet Indonesia ke Kanada mengalami Fluktuasi, Pada Tahun 2016 Ekspor karet indonesia ke Kanada adalah sebesar 72.800 ton dari data ekspor ini indonesia mengalami penurunan ekspor karet dari tahun sebelumnya yang berjumlah 76.200 ton pada tahun 2015, pada tahun 2017 ekspor karet indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun ini yaitu sebesar 90.100, pada tahun 2017 nilai ekpor karet Indonesia ke Kanada merupakan nilai tertinggi dari kurun waktu 3 tahun terakhir. Tabel 1.2 Data Volume Ekspor Karet, Kurs, Inflasi, PDB dan Harga Karet Internasional ke Negara Amerika Serikat Tahun Volume Ekspor Karet (Ton) Kurs (Ribu Rupiah) Inflasi (%) PDB (Ribu Rupiah) Harga Karet Internasional (Dollar) 2015 615.800 13.795 6,38 11,529,332.80 108.400.000 2016 568.400 13.436 3,57 10,406,774.10 151.100.000 2017 577.200 13.548 3,81 11,388,727.30 124.300.000 Sumber : BPS Indonesia Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, ekspor karet Indonesia ke Amerika Serikat mengalami Fluktuasi, sama seperti eskpor karet Indonesia ke negara Kanada yang mengalami fluktuasi dari tahun 2015 sampai dengan 2017, dari tabel yang telah dilampirkan pada tabel 1.2 menjelaskan bahwa Pada Tahun 2016 Ekspor karet indonesia ke Amerika Serikat adalah sebesar 568.400 ton dari data ekspor Karet ini indonesia mengalami penurunan ekspor karet dari tahun sebelumnya yang berjumlah 615.800 ton pada tahun 2015 dan pada tahun 2017 ekspor karet indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun ini yaitu sebesar 577.200, pada tahun 2017 Namun pada tahun 2015, ekspor karet Indonesia ke Amerika Serikat adalah nilai tertinggi dibandingkat tahun 2016 dan 2017. Dari data perbandingan yang telah dijelaskan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa Nilai Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat merupakan nilai ekspor tertinggi dibandingkan dengan nilai ekspor Indonesia ke Kanada. Namun tetap mengalami fluktuasi nilai ekspor karet pada kurun waktu 3 (Tiga) Tahun terakhir, hal ini disebabkan harga karet internasional pada tahun 2016 yang tinggi, sehingga membuat permintaan karet Indonesia menurun. Harga karet terendah terjadi pada tahun 2015 sehingga pada tahun 2015 nilai ekspor karet Indonesia meningkat. Pada tahun 2017 kembali meningkat diakibatkan harga karet internasional turun. Inilah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi pada ekspor karet Indonesia ke Kanada dan Amerika Serikat. Kurs adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah Berikut kami lampirkan data nilai tukar indonesia terhadap dolar beberapa tahun terakhir. Untuk nilai tukar dapat dijelaskan bahwa nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Selama 3 tahun terakhir mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, pada tahun 2015 kurs dollar amerika sebesar Rp. 13.795 per dollar. Pada tahun 2016 kurs rupiah menguat mencapai angka Rp. 13.436 per dollar Amerika dan pada tahun 2017 Kurs Rupiah melemah dengan nilai Rp. 13.548 per Dollar Amerika. inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum megalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Kenaikan harga yang bersifat sementara seperti kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi, karena disaat setelah masa lebaran, harga-harga dapat turun kembali. Inflasi secara umum dapat terjadi karena jumlah uang beredar lebih banyak dari pada yang dibutuhkan. Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan dengan tuntas. Usaha usaha yang dilakukan biasanya hanya sampai batas mengurangi dan mengendalikan. Inflasi Indonesia Sendiri dari 3 tahun terakhir mengalami fluktuasi, pada tahun 2015 inflasi indonesia adalah 6,38% kemudian pada tahun 2016 inflasi indonesia terus mengalami penurunan dan mencapai angka 3,53% dan pada tahun 2017 inflasi indonesia mengalami peningkatan sebesar 3.81%. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu. Produk Nasional Bruto (GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja. Harga adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga penawaran adalah harga yang bersedia dibayar oleh pialang atau pelaku pasar atas suatu produk sekuritas, seperti saham atau obligasi, pada waktu tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Kurs, Inflasi, PDB dan Harga Karet Internasional Terhadap Ekspor Karet Indonesia Ke Kanada dan Amerika Serikat”. Rumusan Masalah Kanada dan Amerika Serikat merupakan Negara dengan permintaan Karet terbesar Nomor 7 dan monor 1 di dunia hal ini menjadi alasan mengapa Kanada dan Amerika Serikat menjadi pasar potensial bagi ekspor Karet Indonesia. Salah satu komoditas primer perkebunan utama Indonesia yaitu Karet. Permintaan ekspor Karet dari Indonesia ke berbagai negara cukup fluktuatif, salah satu negara yang mengekpor Karet terbesar di Indonesia adalah Kanada dan Amerika Serikat, sebab dibandingkan dengan negara – negara lain, Kanada dan Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah peminat Karet yang besar. Mengingat Kanada dan Amerika Serikat sebagai negara dengan memiliki permintaan Karet terbesar ke 7 dan 1 di dunia, maka Kanada dan Amerika Serikat merupakan pasar potensial bagi Indonesia untuk mengekspor Karet. Sehingga diperlukan penelitian yang dapat membuktikan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap ekspor Karet Indonesia ke Kanada dan Amerika Serikat. Dari berbagai fenomena yang telah terjadi, yang menjadi masalah dalam penellitan ini Adalah : Bagaimana perkembangan kurs, inflasi, PDB, harga karet internasional dan ekspor Karet ke Kanada dan Amerka Serikat. Faktor apa yang mempengaruhi ekspor Karet Indonesia ke Kanada dan Amerika Serikat. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menghitung dan menganalisis perkembangan kurs, inflasi, PDB, Harga Karet internasional dan ekspor Karet Indonesia ke Kanada dan Amerika Serikat. Untuk menghitung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor Karet Indonesia ke Kanada Amerika Serikat. 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan diharapkan dapat berguna bagi praktisi dan akademis, berikut manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini: Praktisi : Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi eksportir Karet Indonesia, dalam upaya menaikkan kulitas, jumlah dan penawaran ekspor karet Indonesia ke Kanada Amerika Serikat. Akademisi : Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pelengkap dan menambah pengetahuan tentang penelitian ekonomi, khususnya mengenai perdagangan ekspor Karet Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penawaran Penawaran adalah gambaran atas hubungan-hubungan antara aspek-aspek yang ada dalam pasar. Hubungan - hubungan tersebut terdiri dari para calon pembeli dan penjual akan suatu barang. Modal penawaran digunakan untuk menentukan harga dan kualitas barang yang akan di jual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan kegiatan analisis dalam tingkat ekenomi mikro akan perilaku dan interaksi para pembeli dan penjual. Variabel jumlah barang dan tingkat harga dalam konsep penawaran ini menunjukkan adanya saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Variabel harga merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, biasa disebut sebagai variabel bebas, atau independent variable. Sedangkan variabel jumlah barang dan jasa merupakan variabel yang dipengaruhi oleh tingkat harga, biasa disebut variabel terikat atau dependent variable. Penawaran (supply) mempunyai arti jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu, ceteris paribus. Penawaran menunjukkan jumlah (maksimum) yang mau dijual pada berbagai tingkat harga atau berapa harga (minimum) yang masih mendorong penjual untuk menawarkan berbagai jumlah dari suatu barang (Todaro, 2015). Faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran adalah Harga barang itu sendiri, Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran. Harga barang lain yang terkait, Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang, atau sebaliknya (Todaro, 2015). Harga faktor produksi, Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penwaran barang. Biaya produksi, Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang berkurang. Teknologi produksi, Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang. Jumlah pedagang/penjual,Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah. Tujuan perusahaan, Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba buka hasil produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum. Kebijakan pemerintah, Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor menyebabkan supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningktakan penawaran. Hukum dari kurva penawaran adalah “Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.”Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai: “suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”. P S P* ES Gambar 2.1 Kurva penawaran Pergerakan kurva penawaran merupakan pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva penawaran yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan harga produk tersebut. Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang kurva penawaran adalah karena perubahan harga produk yang bersangkutan. Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Penawaran, yaitu ketika harga barang naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah, sehingga titik pada kurva penawaran akan bergerak ke kanan. 2.2 Teori Perdagangan Internasional Perdaganngan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara ataulintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional terjadi karena setiap negara tidak memenuhi semua kebutuhan dari hasil produksi dalam negaranya sendiri sehingga diperlukan transaksi perdagangan. Hal ini terjadi karena setiap negara dengan mitra dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumberdaya alam, modal, sumberdaya manusia, teknologi, konfigurasi geografis, struktur ekonomi dan lain sebagainya. Teori perdagangan internasional dapat membantu dalam menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap srtuk- tur perekonomian suatu negara. Di samping itu, teori perdagangan internasioanl juga da- pat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdaganagan internasio- nal (gains from trade). Perdagangan interna- sional terjadi karena adanya suatu perbedaan kemampuan dalam produksi di suatu negara. Negara memiliki kemampuan tersendiri da- lam berproduksi barang. Suatu negara yang tidak mampu memproduksi suatu barang ter- tentu akan melakukan pembelian ke negara lain atau disebut dengan mengimpor barang dari luar negeri (Nopirin, 2017). Sementara negara yang memiliki kemampuan untuk memproduksi suatu barang tertentu akan melakukan penjualan barang ke negara yang membutuhkan barang tersebut atau disebut dengan melakukan kegiatan ekspor ke negara lain. Dari adanya kegiatan perdagangan internasional akan membawa perekonomian suatu negara yang kompetitif dan produktif kepada titik efisiensi, namun apabila suatu negara kurang kompetitif dan produktif maka akan ada suatu permasalahan ekonomi. Negara yang baik perekonomiannya salah satu nya adalah dengan memperbanyak jumlah ekspor ke negara lain dan menekan angka impor dari negara lain (Nopirin, 2017). Dari perbedaan tersebut, maka atas dasar saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional. Karena setiap negara berbeda dengan negara lainnya di tinjau dari sumberdaya alamnya, iklimnya, letak geografinya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Hal ini memungkinkan karena ada barang yang hanya dapat diproduksi di daerah dan iklim tertentu, atau karena suatu negara mempunyai kombinasi faktor-faktor produksi lebih baik dari negara lainnya (Tan, 2014). Pada dasarnya, perdagangan internasional bisa terjadi apabila kedua belah pihak memperoleh manfaat atau keuntungan dalam perdagangan tersebut. Perdagangn internasional menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang pada setiap negara untuk mengkspor barang-barang yang faktor produksinya langka atau mahal jika diproduksi dalam negari. 2.3 Teori Ekspor ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing untuk ditukarkan dengan barang lain (produk,uang). Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Perkembangan ekspor dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif (sallama, 2015). Ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi, karena ekspor berasal dari produksi suatu komoditas dalam negeri yang dijual atau dipakai oleh penduduk di luar ne- geri. Ekspor bersih yaitu X – M, merupakan jembatan penghubung antara pendapatan na- sional dengan transaksi internasional (Nopirin, 2017). Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian dunia (Fitri, 2015). Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah Negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Sukirno, 2016). Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah out put dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Junaidi, 2015). Misalnya modal, dan juga menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional. Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Cita rasa masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor sesuatu negara. Secara umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sukirno, 2016). Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Banyak ahli ekonomi menganggap bahwa perdagangan internasional sebagai suatu keseimbangan kemampuan produksi internal dengan permintaan di datam negeri. Sekiranya rakyat suatu negara lebih banyak meminta produk tertentu melebihi kemampuan produksinya sendiri, maka kekurangannya akan dipenuhi dengan mengimpornya. Begitu juga terjadinya ekspor, sekiranya jumlah konsumsi produk yang dihasilkan lebih kecil, berarti kelebihannya merupakan produk yang dapat diekspor. (Griffin, 2015). 2.4 Teori Penawaran Ekspor Penawaran suatu komoditas baik berupa barang maupun jasa adalah jumlah yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar padatingkat harga dan waktu tertentu. Jumlah yang ditawarkan menunjuk pada arus penjualan yang terus menerus. Faktor - faktor yang memengaruhi penawaran ekspor suatu komoditas yaitu, Harga komoditas tersebut Harga sejumlah komoditas mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah komoditas yang ditawarkan yaitu semakin tinggi harganya semakin besar pula jumlah komoditas yang ditawarkan, cateris paribus.Harga komoditas lain: substitusi dan komplementer Perubahan harga komoditas substitusi akan mempengaruhi jumlahpenawaran pada komoditas yang bersangkutan (Nopirin, 2017). Harga faktor produksi Harga faktor produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan olehperusahaan. Perubahan harga faktor produksi akan memengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, jika harga faktor produksi naik, cateris paribus,maka keuntungan perusahaan anakn berkurang. Tingkat teknologi berkorelasi positif dengan jumlah yang ditawarkan. Penggunaan teknologi baru mengakibatkan efisiensi waktu, tenaga, dan modal meningkat dimana peningkatan tersebut berasal dari peningkatan penerimaan dan penurunanbiaya pada penggunaan faktor produksi yang sama. Jumlah volume ekspor merupakan selisih antara jumlah penawaran ekspordikurangi dengan konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan. Kurva penawaran ekspor dapat dijelaskan dalam Gambar 2.2 Gambar 2.2 Kurva Penawaran Ekspor Pergerakan kurva penawaran ekspor merupakan pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva penawaran ekspor diakibatkan oleh berubahnya jumlah produk yang ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan harga produk tersebut. Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang kurva penawaran ekspor adalah karena perubahan harga produk yang bersangkutan. Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Penawaran, yaitu ketika harga barang naik, maka jumlah barang yang diekspor akan bertambah, sehingga titik pada kurva penawaran ekspor akan bergerak ke kanan. 2.5 Teori Inflasi inflasi adalah kecenderungan dari harga- harga untuk menaik secara menyeluruh dan terus menerus (Boedono, 2018). Inflasi karena Kenaikan Permintaan (Demand Pull Inflation) Inflasi semacam ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Adapun dalam hal ini, peningkatam permintaan masyarakat itu terjadi secara agregat (aggregate demand). Permintaan yang meningkat ini terjadi karena peningkatan permintaan barang untuk diekspor, peningkatan permintaan barang bagi keperluan swasta serta peningkatan belanja pemerintah. Akibat kenaikan permintaan masyarakat ini, harga-harga menjadi naik sebab penawaran masih tetap. Inflasi karena biaya produksi (Cos Pull Inflation) Inflasi semacam ini terjadi sebab adanya kenaikan biaya produksi. Adapun kenaikan biaya produksi disebabkan kenaikan harga-harga bahan baku, contohnya karena kenaikan harga bahan bakar minyak. keberhasilan serikat buruh untuk menaikkan upah, dan lain sebagainya. Inflasi yang terkendali bisa meningatkan kegiatan perekonomian, jadi ternyata inflasi tidak selalu berdampak buruk untuk perekonomian, Di bawah ini dampak-dampak inflasi terhadap kegiatan dan kondisi perekonomian masyarakat.Dampak inflasi terhadap pendapatan adalah bisa mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan bisa bersifat merugikan atau menguntungkan. Pada beberapa keadaan, inflasi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu inflasi bisa membantu pengusaha menambah kapasitas produksinya. Dengan begitu, akan tumbuh lapangan kerja baru serta bertambahnya penghasilan seseorang. Tetapi, bagi masyarakat yang berpendapatan tetap inflasi akan mengakibatkan mereka rugi karena pendapatan yang tetap itu bila ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit. Dampak Inflasi terhadap Ekspor : Pada kondisi inflasi, daya saing untuk barang ekspor menjadi berkurang. Penyebab berkurangnya daya saing ini adalah harga barang ekspor yang semakin mahal. Selain itu, inflasi bisa menyulitkan negara dan para eksportir. Dampak bagi negara adalah mengalami kerugian sebab daya saing barang ekspor berkurang yang mengakibatkan jumlah penjualan menjadi berkurang. Selain itu, devisa yang didapat juga semakin sedikit. Dampak Inflasi terhadap minat orang untuk menabung : Saat terjadi inflasi, penghasilan riil para penabung menjadi berkurang karena jumlah bunga yang diperoleh pada kenyataannya berkurang disebabkan pertumbuhan inflasi. Contohnya, pada bukan agustus tahun 2015 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Nah, deposito itu menghasilkan bunga sebesar 20% per tahun. Jika tingkat inflasi sepanjang agustus 2015 sampai agustus 2016 lumayan tinggi, misal 16%, maka penghasilan uang dari uang yang didepositokan hanya tersisa 4%. Oleh karena itu, salah satu dampak inflasi adalah membuat minat orang menabung menjadi berkurang. Dampak Inflasi terhadap kalkulasi harga pokok: Kondisi inflasi mengakibatkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok bisa terlalu besar atau bahkan terlalu kecil. Karena persentase dari inflasi itu sendiri tidak teratur, kita tidak bisa emmastikan berapa persen inflasi untuk suatu masa tertentu. Dampaknya, penetapan harga jual dan harga pokok sering tidak sesuai. Kondisi inflasi ini bisa mengacaukan kegiatan perekonomian, khususnya untuk produsen (Hamdani, 2012). 2.6 Teori PDB Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu (Nopirin, 2017). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja. PDB riil perkapita diperoleh dengan membagi PDB riil dengan jumlah penduduk. PDB riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan PDB riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi). Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara diantaranya adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolak ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihada¬pi masyarakat sesuatu Negara (Tan, 2014). Dengan kata lain, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian pendapatan. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil semakin berkembang. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya (Sukirno, 2016). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu sasaran dari kebijakan ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan GNP (Gross National Product) suatu Negara. Untuk mengetahui adanbkya pertumbuhan ekonomi suatu negara, diperlukan suatu indikator. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto) untuk skala nasional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk skala daerah. Konsep pendapatan domestik regional bruto (PDRB) adalah ukuran yang paling sering dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi (Tan, 2014). 2.7 Teori Nilai Tukar Pergerakan nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga akan berdampak pada real output dari negara tersebut yang pada gilirannya akan mempengaruhi cash flow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan tersebut. Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan, dapat mempengaruhi perilaku nilai tukar melalui mekanisme permintaan uang berdasarkan model penentuan nilai tukar oleh ahli moneter (Sukirno, 2016). Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali dalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia yang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh pemegang otoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai tukar menyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan pengaruh-pengaruh dari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap Rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula. Pendekatan moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi karena ketidakseimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara permintaan uang dengan penawaran uang (jumlah uang beredar). Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs adalah pendekatan moneter. Dengan pendekatan moneter maka diteliti pengaruh variabel jumlah uang beredar dalam arti luas, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, dan variabel perubahan harga. Dipakainya dollar Amerika sebagai pembanding, karena dollar Amerika merupakan mata uang yang kuat dan Amerika merupakan partner dagang yang dominan di Indonesia. Konsep penentuan kurs diawali dengan konsep Purchasing Power Parity (PPP), kemudian berkembang konsep dengan pendekatan neraca pembayaran (Sukirno, 2016). 2.8 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Berdasarkan anggapan – anggapan tertentu, perdagangan antar negara dapat juga dipandang dari segi permintaan dan penawaran. Tegasnya perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran.. 2.8.1 Sisi Permintaan Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang dan jasa yang ingin dipenuhi. Dan kecenderungan permintaan konsumen akan barang dan jasa tak terbatas.Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat. Dengan demikian hukum permintaan berbunyi. Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap). Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan adalah Harga barang substitusi (pengganti), Jumlah Pendapatan, Selera konsumen, Intensitas kebutuhan konsumen, Perkiraan harga pada masa depan dan Jumlah penduduk (Hamdani, 2017). 2.8.2 Sisi Penawaran 1. Pengaruh Nilai Tukar dan Ekspor Nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan, dan konsekuensinya juga akan berdampak pada real output dari negara tersebut yang pada gilirannya akan mempengaruhi cash flow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan tersebut. Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan, dapat mempengaruhi perilaku nilai tukar melalui mekanisme permintaan uang berdasarkan model penentuan nilai tukar oleh ahli moneter. Nilai tukar dapat berubah dengan cepat tergantung kepada permintaan dan penawaran di masing-masing negara (Haryadi, 2015). Kurs memainkan peran sentral dalam perdagangan internasional, karena kurs memingkinkan kita untuk membandingkan nilai atau harga seluruh barang dan jasa yang dihasilkan berbagai negara. Sengan demikian kita bisa menentukan apakah harga barang impor lebih mahal dari produk dalam negeri, sehingga kurs juga dijadikan salah satu dasar untuk menentukan apakah mengimpor atau memproduksi sendiri. Kurs juga bisa dijadikan salah satu pertimbangan apakah kita membeli produk luar negeri atau membeli peroduk domestik (Haryadi 2015). Untuk mengurangi tekanan terhadap Rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula. Pendekatan moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi karena ketidak seimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara permintaan uang dengan penawaran uang (jumlah uang beredar). Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui Faktor – Faktor yang mempengaruhi kurs adalah pendekatan moneter (Sukirno, 2016). Transaksi ekspor merupakan transaksi penjualan barang dan jasa dari Indonesia ke luar negeri yang berakibat pada adanya pembayaran dari pembeli di luar negeri. Hal ini berarti akan terdapat uang masuk ke Indonesia dalam mata uang asing. Pada saat eksporti menerima pembayaran tersebut maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh eksportir adalah menukarkan uang asing yang diperolehnya menjadi rupiah agar dapat digunakan lagi menjadi modal membeli bahan baku, dan lain-lain. Pada saat nilai tukar rupiah melemah maka jumlah rupiah yang akan diterima eksportir menjadi lebih banyak dibandingkan menggunakan nilai tukar sebelumnya (Hamdani, 2017). Secara makro dapat dikatakan bahwa kegiatan ekspor akan menjadi lebih menarik dan menguntungkan bagi perekonomian karena akan menambah jumlah transaksi ekonomi di dalam negeri dan menambah minat dunia usaha untuk meningkatkan ekspor ke luar negeri. Jadi dapat disimpulkan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah atau meningkatnya kurs dollar dapat meningkatkan ekspor dan perekonomian dalam negeri. Namun sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat atau kurs dolar melemah maka akan menurunkan ekspor dan perekonomian dalam negeri (Boediono, 2018). 2. Pengaruh Inflasi dan Ekspor Inflasi adalah naiknya harga-harga umum di pasar barang.Inilah alasannya kenapa pemerintah memberlakukan uang ketat yang dimaksudkan untuk menekan laju inflasi.Kebijaksanaan fiskal dan moneter juga tidak ada pengaruhnya terhadap output dan employment. Penyebab dari inflasi adalah kenaikan biaya produksi dan kenaikan permintaan. Inflasi karena Kenaikan Permintaan (Demand Pull Inflation) Inflasi semacam ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Adapun dalam hal ini, peningkatam permintaan masyarakat itu terjadi secara agregat (aggregate demand). Permintaan yang meningkat ini terjadi karena peningkatan permintaan barang untuk diekspor, peningkatan permintaan barang bagi keperluan swasta serta peningkatan belanja pemerintah (Mankiw, 2018). Akibat kenaikan permintaan masyarakat ini, harga-harga menjadi naik sebab penawaran masih tetap.Inflasi karena biaya produksi (Cos Pull Inflation)Inflasi semacam ini terjadi sebab adanya kenaikan biaya produksi. Adapun kenaikan biaya produksi disebabkan kenaikan harga-harga bahan baku, contohnya karena kenaikan harga bahan bakar minyak. keberhasilan serikat buruh untuk menaikkan upah, dan lain sebagainya (Mankiw, 2018). Inflasi yang terkendali bisa meningatkan kegiatan perekonomian, jadi ternyata inflasi tidak selalu berdampak buruk untuk perekonomian, Di bawah ini dampak-dampak inflasi terhadap kegiatan dan kondisi perekonomian masyarakat.Dampak inflasi terhadap pendapatan adalah bisa mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan bisa bersifat merugikan atau menguntungkan. Pada beberapa keadaan, inflasi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu inflasi bisa membantu pengusaha menambah kapasitas produksinya (Mankiw, 2018). Dengan begitu, akan tumbuh lapangan kerja baru serta bertambahnya penghasilan seseorang. Tetapi, bagi masyarakat yang berpendapatan tetap inflasi akan mengakibatkan mereka rugi karena pendapatan yang tetap itu bila ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.Dampak Inflasi terhadap Ekspor : Pada kondisi inflasi, daya saing untuk barang ekspor menjadi berkurang. Penyebab berkurangnya daya saing ini adalah harga barang ekspor yang semakin mahal. Selain itu, inflasi bisa menyulitkan negara dan para eksportir. Dampak bagi negara adalah mengalami kerugian sebab daya saing barang ekspor berkurang yang mengakibatkan jumlah penjualan menjadi berkurang. Selain itu, devisa yang didapat juga semakin sedikit. Oleh karena itu, salah satu dampak inflasi adalah membuat minat orang menabung menjadi berkurang.Dampak Inflasi terhadap kalkulasi harga pokok: Kondisi inflasi mengakibatkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok bisa terlalu besar atau bahkan terlalu kecil. Karena persentase dari inflasi itu sendiri tidak teratur, kita tidak bisa emmastikan berapa persen inflasi untuk suatu masa tertentu. Dampaknya, penetapan harga jual dan harga pokok sering tidak sesuai. Kondisi inflasi ini bisa mengacaukan kegiatan perekonomian, khususnya untuk produsen. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan harga barang import. Jika didalam negeri terjadi inflasi, ini artinya harga produk dalam negeri menjadi lebih mahal. Dan jika harga produk dalam negeri lebih mahal maka hal ini akan mengakibatkan produk domestic akan sulit bersaing dengan dengan produk – produk impor. Hal ini akan mengakibatkan, nilai nilai ekspor lebih kecil dibandingkan dengan nilai impor, sehingga neraca perdagangan akan mengalami defisit dan akan mengurangi cadangan devisa. Maka dapat diartikan bahwa meningkatnya inflasi akan menyebabkan penurunan dalam ekspor dan sebaliknya jika inflasi turun maka ekspor akan meningkat. 4. Pengaruh Harga Karet dan Ekspor Harga adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga penawaran adalah harga yang bersedia dibayar oleh pialang atau pelaku pasar atas suatu produk sekuritas, seperti saham atau obligasi, pada waktu tertentu. Di pasar real estat, harga penawaran adalah harga yang ditawarkan pembeli untuk membayar suatu properti. Tujuan dari penetapan suatu harga adalah untuk mencapai target perusahaan, mendapatkan laba dari penjualan, meningkatkan serta mengembangkan produksi. Penetapan harga suatu produk atau jasa tergantung dari tujuan perusahaan atau penjual yang memasarkan produk tersebut. Dengan tingginya volume harga yang diperoleh maka semakin tinggi jumlah yang akan diekspor. Hal ini dapat dipastikan bahwa pengaruh harga terhadap ekspor adalah positif dan tingginya jumlah harga ekspor akan menyebabkan jumlah produk yang diekspor (Sukirno, 2016). 2.9 Studi Sebelumnya Nama Judul Penelitian Variabel Yang Digunakan Hasil Penelitian Nurul Alinda (2013) Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia PDB Nilai Tukar Inflasi Variabel PDB, Nilai Tukar, Inflasi Berpengaruh Signifikan Terhadap Ekspor Karet Indonesia Novianti dan Hapsari (2014) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Eskspor Karet Sintetis ke Negara Cina nilai tukar GDP Inflasi GDP, Nilai Tukar dan Inflasi berpengaruh terhadap variabel permintaan ekspor karet alam Indonesia dan variable Kurs berpengaruh terhadap variabel permintaan ekpor karet alam Indonesia Silvia Atika (2014) Analisis Prospek Ekspor Karet Indonesia Ke Jepang PDB Nilai Tukar Ekspor Karet Produksi Karet Harga Karet Variabel jumlah produksi karet Indonesia, Variabel harga karet dunia, Variabel perubahan nilai kurs rupiah, Variabel perubahan GDP Jepang Berpengaruh Signifikan Terhadap volume ekspor Karet Indonesia ke Jepang Albinus (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet Indonesia produksi karet alam Indonesia harga karet alam Indonesia Menunjukan hasil positif bahwa variable produksi karet alam Indonesia berpengaruh terhadap volume ekspor karet alam Indonesia, dan harga karet alam Indonesia berpengaruh terhadap volume ekspor karet alam Indonesia tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC Agustina dan Reny (2016) Pengaruh ekspor, impor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap Ekspor Karet Indonesia. ekspor impor nilai tukar rupiah inflasi Ekspor Karet Indonesia Hasil analisis data menunjukan bahwa variabel ekspor, impor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Karet Indonesia Nur Atika Dahlia (2016) Analisis Faktor – Fakror Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Karet Remah Ke China dan Jepang GDP KURS Variabel GDP dan KURS Berpengaruh signifikan terhadap ekspor karet remah ke negara china dan jepang dengan tingkat kepercayaan 5% Aini Kusrini, Arini Novandalina (2016) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia ke Malaysia Tahun 1983-2013 Produksi Karet Kurs Rupiah Luas Lahan Dari ketiga variabel tersebut pada luas lahan, produksi karet, dan kurs rupiah terhadap dollar menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke Malaysia Muhamad Zakky Darwan (2018) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Tahun 1988-2017 Pendekatan Error Correction Model (ECM) Produksi Karet Kurs Harga Karet Internasional GDP Amerika Serikat Produksi dalam jangka pendek, Nilai Tukar (Kurs), Harga Rata-Rata Internasional dan Gross Domestic Product (GDP) Amerika Serikat berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ekspor Karet Indonesia Tahun 1988-2017 Nurul Alinda (2013) Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia PDB Nilai Tukar Inflasi Variabel PDB, Nilai Tukar, Inflasi Berpengaruh Signifikan Terhadap Ekspor Karet Indonesia 2.10 Kerangka Pemikiran Perdagangan mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang di dasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud di sini. Impor khususnya yang berupa bahan baku, bahan penolong dan barang modal akan mendorong peningkatan ekspor. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan dan berkembang menggunakan sistem ekonomi terbuka yang mana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting di dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi masyarakat dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan salah satu ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Beberapa produk ekspor Indonesia masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Naiknya inflasi di dalam negara akan menyebabkan suku bunga naik dan biaya produksi juga naik sehingga akan mengurangi produksi dan ekspor menurun. Kurs miliki efek positif terhadap ekspor, semakin tinggi nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing) maka ekspor menjadi murah (dalam dollar) bagi buyer, sedangkan bagi eksportir akan menerima Rupiah lebih besar sehingga akan mendorong peningkatan ekspor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa pada penelitian ini berbeda variabel yaitu dalam pemakaian variabel barang substitusi dalam penelitian ini Karet dari negara lain adalah substitusi dari karet Indonesia, dan tahun penelitian (2002 – 2018). Oleh karena itu dapat disusun suatu kerangka pemikiraan teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet Indonesia dari Kanada pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran 2.11 Hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, yang perlu dikaji kebenarannya melalui data – data yang terkumpul. Secara umum variabel Kurs, Inflasi, Harga Karet berpengaruh signifikan terhadap ekspor Karet Indonesia ke Kanada Periode. Diduga kurs, Inflasi, PDB dan harga karet berpengaruh signifikan terhadap ekspor Karet Indonesia ke Kanada Dalam Periode 2002 sampai dengan 2018.   BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 2002 – 2018. Metode kuantitatif adalah pendekatan secara ilmiah terhadap pengambilan suatu keputusan manajerial dan ekonomi (Kuncoro, 2018). Dengan data yang diperoleh adalah dalam bentuk angka dengan menggunakan metode analisis statistika dan ekonometrika. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data runtut waktu (time se- ries). Yang disebut dengan data runtut waktu adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada satu variabel tertentu. Data runtut waktu dapat digunakan untuk melihat pengaruh dalam rentang waktu tertentu (Kuncoro, 2018). Pengertian waktu dapat berupa tahun, kuartal, bulan, minggu, dan sebagainya. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Data volume ekspor Karet dari Indonesia ke Kanada Data Kurs Rupiah terhadap Dollar Kanada Data Inflasi Indonesia Harga Karet Internasional 3.1.1 Sumber data Data yang digunakan diperoleh dari hasil publikasi instansi – instansi sebagai berikut: Badan Pusat Statistik Bank Indonesia Kementrian Perdagangan Kementrian Pertanian Refrensi melalui jurnal, makalah dan lain sebagainya 3.2 Metode Analisis Data Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama digunakan rumus perkembangan. Untuk menghitung perkembangan nilai tukar, inflasi, PDB, harga Karet dan volume ekspor Karet dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 〖NT〗_g (〖NT〗_i-〖NT〗_(i-1))/〖NT〗_(i-1) X 100=.……………..………..…………………………..3.1 Dimana : NTg : Perkembangan nilai tukar NTi : Nilai tukar pada tahun i NTi-1 : Nilai tukar pada tahun sebelumnya 2. Perkembangan Produk Domestik Bruto 〖PDB〗_g (〖PDB〗_i-〖PDB〗_(i-1))/〖PDB〗_(i-1) X 100=.…….……………..………………....………..3.2 Dimana : PDBg : Perkembangan produk domestik bruto PDBi : Produk domestik bruto pada tahun i PDBi-1 : Produk domestik bruto pada tahun sebelumnya 3. Perkembangan Harga Karet 〖HK〗_g (〖HK〗_i-〖HK〗_(i-1))/〖HK〗_(i-1) X 100=.………………………...…………...…………..3.3 Dimana : HKg : Perkembangan harga Karet NTi : Harga Karet pada tahun i NTi-1 : Harga Karet pada tahun sebelumnya 4. Perkembangan Volume Ekspor Karet 〖EK〗_g (〖EK〗_i-〖EK〗_(i-1))/〖EK〗_(i-1) X 100=.………………………..…………………………..3.4 Dimana : EKg : Perkembangan volume ekspor Karet EKi : Volume ekspor Karet pada tahun i EKi-1 : Volume ekspor Karet pada tahun sebelumnya 3.3 Analisis Kuantitatif Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua menggunakan rumus regresi linier berganda. Y = β + P1X1 + P2X2 + ∈x ..............................................................................3.5 Dimana : Y : Variabel Tidak Bebas X1, X2 : Variabel Bebas ∈ : Variabel Lain yang berpengaruh namun tidak masuk dalam penelitian Untuk menganalisis pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) adalah sebagai berikut: EKit = β0 + NTit - INFit + PDBit + HKit + ex 3.6 Dimana : EKit : Volume ekspor Karet tahun t β0 : Konstanta NTit : Nilai kurs pada tahun t INFit : Inflasi Indonesia pada tahun t PDBit : Pendapatan Domestik Bruto pada Tahun t HKit : Harga Karet pada tahun t ex : Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini 3.4 Uji statistik Proses analisa yang akan dilakukan melalui pengujian variabelvariabel independen yang meliputi uji F (uji bersamasama), uji t (uji individual), dan uji R² (uji koefisien determinasi). (a) Uji F Uji f ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan. Langkahlangkah pengujian adalah sebagai berikut (Gujarati, 2015) : Nilai F hitung = (R^2/n (K-1))/((1- R^2 )(N-K)…………………………………….….………....3.7 R 2 : Koefisien determinasi N : jumlah observasi/ sample K : banyaknya variabel. Apabila nilai F hit < F table, maka Hipotesis diterima dan Hipotesis ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. Apabila nilai F hit > F tamble, maka Hipotesis ditolak dan Hipotesis diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan (b) Uji t Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel secara individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap / konstan. Langkah-langkah pengujian t test adalah sebagai berikut (Gujarati, 2015). Melakukan perhitungan nilai t sebagai berikut: Nilai t table = tα/2;N – K …………………………………..........................….... 3.8 Keterangan: α = derajat signifikansi N = jumlah sample (banyaknya observasi) K = banyaknya parameter Nilai t hit = βi/(Se(βi) …………………………...........................……..…………. 3.9 Keterangan: βi = koefisien regresi Se(βi ) = standar error koefisien regresi iii. Kriteria pengujian Kesimpulan Apabila nilai – t table < t hit < t table, Artinya variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. Apabia nilai t hit > +t table atau t hit < -t table, Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. (c) Uji R² (Uji koefisien determinasi) Nilai R2 untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi ( R2) antara nol dan satu (0 < R 2 < 1). Jika koefisien determinasi 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Sedangkan koefisien determinan mendekati 1, artinya variabel independen semakin mepengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati 1. 3.5 Uji Asumsi Klasik (a). Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa / semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 2015). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa / semua variabel dalam model regresi.Jika dalam model terdapat multikolinier, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan pengujian dengan metode Klein. Cara lain untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan pengujian dengan pendekatan Koutsoyiannis. Dari hasil coba-coba tersebut, selanjutnya akan diklasifikasikan dalam 3 macam (Gujarati, 2015), yaitu : suatu variabel bebas dikatakan berguna suatu variabel bebas dikatakan tidak berguna suatu variabel bebas dikatakan merusak PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA (b). Heteroskedastisitas Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH dan Uji Breusch Pagan – Godfeg. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji White. Kriteria pengujian dengan membandingkan nilai Obs*R-squared < x2 tabel, maka tidak signifikan, berarti bahwa tidak terjadi masalah heteroskedatisitas. Sebaiknya jika Obs*R-squared > x2 tabel maka signifikan, berarti bahwa terjadi masalah heteroskedatisitas. (c). Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel penggangu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan penggangu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 2015). Pada penelitian ini digunakan dua metode untuk menilai apakah dalam model tersebut terdapat masalah autokorelasi atau tidak, yaitu dengan menguji nilai Prob.chi-square. Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah. Tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negative. Untuk menguji hipotesis tidak ada autokorelasi, terdapat tabel Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, dengan criteria hasil perhitungan Prob. Chi-Square dibandingkan dengan α = 5%, sebagai berikut: Jika Prob. Chi-Square<α, MakaVariabel ini memiliki masalah autokorelasi. Jika Prob. Chi-Square > α, Maka variabel ini tidak memiliki maslah autokorelasi. 3.6 Operasional Variabel Definisi ini diberikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran terhadap suatu variabel yang ada. Variabel-variabel tersebut, yaitu: Volumen Ekspor Karet yang digunakan dalam penelitian ini adalah Volume ekspor Karet dari Indonesia ke Kanada dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2018 dengan menggunakan satuan ton. Nilai tukar (kurs) yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rupiah terhadap dollar kanada dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2018 menggunakan satuan rupiah. Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam satu periode. Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi negara Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun 2018 dengan satuan persen. PDB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari tahun 2002 sampai tahun 2018 dengan menggunakan satuan Rupiah. Harga Karet yang digunakan dalam penelitian ini adalah Harga Karet Negara Indonesia dari tahun 2002 hingga tahun 2018 dengan menggunakan satuan Dollar.

No comments:

Post a Comment